Perang Suriah

Pentolan Jaringan Al Qaeda Tolak Penyelesaian Damai Konflik Suriah

Pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) afiliasi Al Qaeda menolak penyelesaian damai konflik Suriah yang diinisiasi Rusia, Suriah, dan Turki.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
AFP
Kelompok militan Al-Nusra yang berafiliasi ke Al-Qaeda termasuk di dalam daftar kelompok teroris yang diawasi Amerika Serikat. 

TRIBUNJOGJA.COM, BEIRUT – Pemimpin kelompok bersenjata Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) Abu Mohammad Al-Julani menolak hasil pembicaraan trilateral Suriah, Rusia, Turki.

Rumusan awal dari pembicaraan tiga pihak itu, Turki akan menarik pasukannya dari Suriah sepanjang keamanan di Kawasan perbatasan mereka stabil.

Dikutip dari situs media Al Mayadeen, Selasa (3/1/2023), HTS, sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra adalah kelompok teroris bersenjata Al Qaeda cabang Suriah.

Lewat rekaman video, Abu Mohammad Al-Joulani, membahas pembicaraan yang sedang berlangsung antara Suriah dan Turki di bawah naungan Rusia.

Baca juga: Turki Setuju Tarik Pasukan dari Suriah

Baca juga: Jet-jet Tempur Turki Gempur Desa-desa Kurdi di Suriah Utara

Baca juga: Pasukan Rusia dan Suriah Hancurkan Pos-pos Teroris di Greater Idlib

Ia mengungkapkan keprihatinannya tentang pembicaraan dan menggarisbawahi mereka menandai kemunduran serius.

“HTS menghadapi tantangan baru... dan pembicaraan antara rezim Suriah dan sekutu Rusianya dengan pihak Turki merupakan penyimpangan serius dari tujuan kami," tegas Al-Julani.

Teroris internasional, yang kelompoknya didirikan atas dukungan dari Turki, meminta kelompok bersenjata di Suriah utara untuk membentuk front persatuan dengan HTS untuk menghadapi ancaman yang ada.

Al-Julani, berbicara dengan sikap prihatin tentang penolakan Turki terhadapnya. Tokoh utama HTS itu memperingatkan para pendukungnya agar tidak dikecewakan oleh orang-orang dekat mereka.

Ia menyerukan akan semua mempersiapkan diri untuk hari-hari besar untuk datang, memanggil mereka untuk mendukungnya dan menghadapi tantangan yang akan datang.

Ini terjadi setelah Menteri Pertahanan Rusia, Suriah, dan Turki mengadakan pembicaraan pada Rabu di ibukota Rusia, Moskow, untuk membahas cara menyelesaikan krisis Suriah.

“Pada 28 Desember, pembicaraan trilateral antara menteri pertahanan Rusia, Suriah, dan Turki berlangsung di Moskow. Pertemuan tersebut membahas cara-cara untuk mengatasi krisis Suriah, masalah pengungsi, dan upaya bersama untuk memerangi kelompok ekstremis di Suriah,” tulis Kementerian Pertahanan Rusia.

Di akhir pertemuan, para menteri pertahanan menyoroti bagaimana dialog itu konstruktif, menekankan perlunya ketiga pihak mengadakan pembicaraan lebih lanjut.

Pembicaraan haru dibawa guna membawa lebih banyak stabilitas ke Suriah dan seluruh Kawasan tersebut.

Kementerian Pertahanan Suriah menimpali, pertemuan tiga pihak Suriah, Turki, dan Rusia di Moskow berlangsung positif,

“Hari ini di ibu kota Rusia, Moskow, dengan partisipasi pihak Rusia, diadakan pertemuan antara Menteri Pertahanan Suriah dan Kepala Direktorat Jenderal Suriah dengan Menteri Pertahanan Turki dan Kepala intelijen Turki,” tulis Kemenhan Suriah di siaran persnya.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Turki mengatakan Menteri Pertahanan Hulusi Akar dan Kepala Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT), Hakan Fidan, bertemu Menteri Pertahanan Suriah Ali Mahmoud Abbas dan Kepala intelijen Suriah Ali Mamlouk di Moskow bersama dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.

"Cara menyelesaikan krisis Suriah dan masalah pengungsi serta upaya bersama untuk memerangi kelompok ekstremis di Suriah telah dibahas," kata kantor berita Rusia RIA Novosti, mengutip Kementerian Pertahanan Rusia.

Selain itu, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan pada Natal, negaranya sedang dalam pembicaraan dengan Rusia untuk menggunakan wilayah udara Suriah untuk melakukan operasi lintas batas melawan milisi YPG Kurdi yang didukung AS di timur laut Suriah.

Amerika Serikat telah mempersenjatai kelompok Kurdi di timur laut Suriah, membuat alasan untuk pencurian minyak dan gas.

Turki telah melakukan sejumlah operasi di Suriah utara melawan SDF dan YPG yang didukung AS, mengancam serangan lebih lanjut selama beberapa bulan.

Sebelumnya pada Desember, Erdogan dan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin mengadakan panggilan telepon, di mana mereka membahas beberapa masalah, seperti hubungan bilateral dan pasukan Kurdi di Suriah Utara.

Rusia telah menerima indikasi dari Ankara dan Damaskus tentang sikap terbuka untuk membuat langkah-langkah satu sama lain dan tentang harapan untuk pemulihan hubungan Suriah-Turki.

Hal ini dikemukakan Utusan Khusus Presiden Rusia untuk Suriah, Alexander Lavrentyev, kepada wartawan pada 23 November, setelah putaran ke-19 pembicaraan Astana tentang Suriah.

Erdogan telah mengancam untuk melakukan serangan militer baru ke Suriah utara, dengan Presiden Turki juga mengatakan negaranya berkomitmen menghancurkan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

Kelompok Kurdistan ini jadi sekutu utama AS di Irak dan Suriah, dan menguasai Kawasan cukup luas di Suriah utara dan timur laut.(Tribunjogja.com/Almayadeen/xna)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved