Pernikahan Kaesang dan Erina
Mengenal Malam Midodareni, Rangkaian Pernikahan Adat Wajib bagi Kaesang dan Erina Gudono
Dimulai dari prosesi siraman di kediaman masing-masing kedua mempelai, malam midodareni hingga keesokan harinya, saat Kaesang mengucapkan janji suci
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
Setelah calon pengantin laki-laki datang dan meminta restu, menunjukkan kemantapan hati, ini saatnya calon mempelai permpuan juga ditanyakan kembali apakah sudah mantap menerima pinangan kekasihnya.
Nah, malam midodareni ini, pihak perempuan tentu tidak keluar kamar, Tribunners.
Sebab, masa-masa inilah mempelai perempuan sudah mulai menjalani masa pingitan sehingga nggak diizinkan keluar kamar selama waktu yang ditentukan.
Untuk mendapatkan jawabannya, kedua orangtua akan mendatangi calon pengantin perempuan di dalam kamar dan menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga.
Setelah itu, pengantin perempuan akan menyatakan ikhlas dan menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua.
Baca juga: Erina Gudono Ikuti Pengajian Setelah Semaan Alquran dalam Rangkaian Prosesi Pernikahan Erina-Kaesang
3. Catur Wedha
Selanjutnya, ayah atau wali calon pengantin perempuan akan menasihati calon mempelai pria agar dapat hangayomi, handayani, hangayemi, dan hanganthi, atau mengayomi mencukupi, menentramkan, dan memimpin istrinya.
Catur Wedha berisi 4 pedoman hidup yang diharapkan bisa menjadi bekal untuk kedua calon pengantin dalam mengarungi hidup berumah tangga.
Wejangan yang diberikan ini bermakna bahwa dalam menjalani pernikahan selalu ada aturan yang perlu diikuti demi menjaga keharmonisan rumah tangga ke depannya.
4. Wilujengan Majemukan
Setelah membacakan Catur Wedha, malam midodareni kemudian ditutup dengan Wilujeng Majemukan.
Itu merupakan suatu kesepakatan antara kedua keluarga calon pengantin dalam merelakan anak-anaknya untuk membangun rumah tangga bersama.
Di sinilah, keluarga calon mempelai perempuan menyerangkan angsul-angsulan atau oleh-oleh berupa makanan, kancing gelung atau pakaian, serta sebuah pusaka berbentuk dhuwung atau keris.
Itu bermakna bahwa mempelai laki-laki diharapkan menjadi pelindung bagi keluarganya kelak.
( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )