Kemenkes RI Minta Swasta Jalankan Usaha Kesehatan yang Preventif dan Promotif
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meminta sektor swasta yang menjalankan usaha kesehatan melakukan banyak kegiatan preventif dan promotif demi menin
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meminta sektor swasta yang menjalankan usaha kesehatan melakukan banyak kegiatan preventif dan promotif demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Menkes RI, Budi Gunadi Sadikin meyakini, ke depan, belanja yang berkaitan dengan sektor kesehatan akan bertambah seiring dengan menuanya populasi masyarakat di Indonesia.
“Kalau populasinya aging atau menua, pasti belanja kesehatannya akan lebih besar. Maka, saat ini, penting bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis kesehatan yang bersifat preventif dan promotif,” jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (30/11/2022).
Baca juga: Bakal Calon Anggota DPD dari DI Yogyakarta Harus Punya Dukungan Minimal 2.000 Orang
Budi berasumsi, jika populasi di Indonesia menua dari 72 tahun hingga 76 tahun dan masyarakat sudah menerapkan gaya hidup sehat, maka kualitas hidup warga Indonesia bisa ikut meningkat.
Sementara, Vera Galuh Sugijanto, Vice President, General Secretary Danone Indonesia mengungkap, pihaknya bakal mengikuti arahan dari Kemenkes RI, berkaitan dengan bisnis kesehatan yang bersifat preventif dan promotif.
Danone, kata Vera, berupaya untuk membantu pemenuhan nutrisi sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan demi mencegah anak tumbuh kerdil atau stunting.
“Kami berusaha memastikan aksesibilitas produk nutrisi dan hidrasi bisa diakses oleh para ibu dan orang tua,” terangnya.
Selain itu, Danone berupaya menjaga keberlangsungan lingkungan melalui operasional bisnis yang bertanggung jawab melalui tiga aspek sirkularitas seperti sirkularitas karbon, sirkularitas kemasan dan sirkularitas air.
“Pihak Danone sendiri melihat stunting itu masih menjadi masalah di Indonesia dan bisa jadi beban kalau tidak ditanggulangi secepatnya. Jadi, penting untuk menguatkan sistem rujukan di poros Posyandu, Puskesmas dan RSUD,” jelas dia.
Tiga tempat itu, menurutnya, bisa mendeteksi dan melakukan tatalaksana anak dengan faltering growth, gizi kurang dan gizi buruk.
Di DI Yogyakarta, pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan Aksi Bersama Cegah Stunting.
Ini menjadi bagian komitmen Pemkot Yogyakarta menuju zero stunting di tahun 2024.
Baca juga: Kasus Nilai Palsu di YIS Berakhir di Mahkamah Agung, Orangtua Wali : Ini Pertama di Indonesia
Dari data yang dipublikasikan tahun 2022, masih ada beberapa kalurahan yang tergolong dalam zona merah atau prevalensi stunting > 24 persen, yakni Kalurahan Kotabaru, Tegalpanggung dan Mantrijeron.
“Masalah kesehatan adalah masalah kita bersama. Dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai multistakeholders dan memiliki satu visi yang sama untuk Indonesia yang lebih sehat. Saya yakin apabila semua pihak bisa berkontribusi sesuai kapabilitas masing masing, Indonesia bisa menjadi lebih sehat,” tutup Vera. (ard)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Menkes-Budi-Gunadi-Sadikin-Ajak-UGM-Berpartisipasi-di-Proses-100-Hari-Pembuatan-Vaksinasi-Global.jpg)