Di Rapat Darurat Dewan Keamanan PBB, Rusia dan China Bela Korea Utara Soal Uji Coba Rudal Balistik
Tentangan Rusia dan China terhadap AS dan sekutunya ini disampaikan dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM - Uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) oleh Korea Utara tak sepenuhnya ditentang oleh seluruh negara di dunia.
Sebab, dua sekutu Korea Utara, Rusia dan China secara tegas menentang kecaman Amerika dan sekutunya atas uji coba rudal balistik yang dilakukan oleh negara yang dipimpin Kim Jong Un tersebut.
Tentangan Rusia dan China terhadap AS dan sekutunya ini disampaikan dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.
Dalam pertemuan darurat tersebut, Duta Besar AS, Linda Thomas-Greenfield mengatakan pemerintahan Joe Biden akan mengedarkan pernyataan presiden yang berisi kutukan terhadap Korea Utara atas semua peluncuran rudal balistiknya.
Peluncuran rudal tersebut menurut AS melanggar hukum dan aktivitas berbahaya dan destabilisasi lainnya.
Namun, Rusia dan China langsung merespon AS dengan menolak setiap kecaman atas tindakan Korea Utara.
"Alasan situasi semakin provokatif dan semakin berbahaya hari ini," kata Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Anna Evstigneeva seperti yang dikutip dari Tribunnews.com.
"Keinginan Washington untuk memaksa Pyongyang melakukan pelucutan senjata secara sepihak dengan menerapkan sanksi dan mengerahkan kekuatan," lanjutnya.
Baca juga: Rudal Balistik Korea Utara Jatuh di Barat Pulau Hokaido, Begini Respon PM Jepang
Dia menunjuk pada peningkatan dramatis dalam latihan militer oleh AS, Korea Selatan dan Jepang, termasuk latihan angkatan laut AS-Korea Selatan untuk sistem pertahanan rudal yang melibatkan kapal perusak menjelang peluncuran ICBM Korea Utara pada 17 November.
Latihan baru-baru ini menggunakan pembom strategis dan latihan menyerang instalasi rudal balistik Korea Utara.
Evstigneeva mengatakan tindakan militer seperti itu dan kemungkinan sanksi baru mengancam untuk menciptakan ketegangan lebih lanjut di Semenanjung Korea.
Hal itu dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi dan berbahaya bagi seluruh wilayah Asia timur laut, kata Evstigneeva.
"Apa yang harus dilakukan Dewan Keamanan adalah mendukung dialog antar-Korea dan negosiasi multilateral daripada menjadi penghalang bagi mereka," katanya sebagaimana dikutip AP News.
Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun juga menyerukan upaya untuk mendinginkan situasi, yakni dengan memulai kembali dialog dan mencoba untuk bertemu satu sama lain untuk mencegah situasi dari eskalasi berulang atau bahkan lepas kendali.
Zhang mendesak AS untuk mengambil inisiatif, menunjukkan ketulusan, mengajukan proposal yang realistis, menanggapi secara positif kekhawatiran sah Korea Utara, menghentikan latihan militer, dan meringankan sanksi.
Dia mengatakan Dewan Keamanan harus memainkan peran konstruktif dalam masalah ini dan tidak boleh selalu mengutuk atau memberikan tekanan pada Republik Rakyat Demokratik Korea atau DPRK, nama resmi negara tersebut.
"Dewan harus mempromosikan deeskalasi situasi sejak dini sehingga memberikan ruang bagi upaya diplomatik daripada menciptakan hambatan untuk ini," kata utusan China itu. (*)
