KTT G20 Bali

Menlu Rusia Sergey Lavrov : Barat Paksakan Poin Kutuk Rusia di Deklarasi Akhir G20

Menlu Rusia Sergey Lavrov menyatakan AS dan sekutu baratnya di G20 ingin memaksakan pernyataan mengutuk Rusia di deklarasi akhir KTT G20 Bali.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
DOKUMEN TRIBUN
Menlu Sergei Lavrov. Di sela-sela KKTT G20 Bali, Lavrov mengatakan konflik di Ukraina adalah perang hibrida. AS dan sekutunya menggunakan Ukraina sebagai alat untuk melawan Rusia. 

TRIBUNJOGJA.COM, NUSA DUA – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov kembali menekankan, konflik di Ukraina adalah hasil dari perang hibrida.

Rusia pada dasarnya menghadapi negara-negara barat, yang memupuk krisis di Ukraina sejak bertahun lalu.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan hal itu di sela-sela KTT G20 Bali. Lavrov ditunjuk Presiden Vladimir Putin memimpin delegasi ke Indonesia.

Lebih lanjut Lavrov mengatakan, AS dan sekutunya di G20 secara sistematis mendorong memasukkan masalah Ukraina dalam deklarasi akhir.

Komunike Bersama ini akan dibacakan dan ditandatangani di akhir KTT G20 Bali yang akan ditutup Rabu (15/11/2022).

Baca juga: Apa Arti Absennya Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G20 Bali?

Baca juga: PM Inggris Rishi Sunak Dukung Ukraina, Sebut Rusia Negara Nakal

“Mereka ingin menambahkan kata-kata yang akan mengutuk tindakan Rusia atas nama seluruh klub G20, termasuk Rusia sendiri,” kata Lavrov.

Delegasi Moskow percaya masalah itu tidak relevan dengan agenda pertemuan, tetapi menyarankan untuk mencerminkan perbedaan pendapat tentang hal itu.

“Tentu, ada perang yang sedang berlangsung di Ukraina. Perang hibrida yang dilepaskan oleh barat dan yang dipersiapkan selama bertahun-tahun,” katanya.

Barat memulai lewat dukungan kudeta bersenjata (2014) di Ukraina, dan pemberdayaan kekuatan rasis dan neo-Nazi secara terbuka di sana.

Program Uni Eropa yang diluncurkan pekan ini bertujuan melatih 15.000 tentara Ukraina selama dua tahun ke depan.

Ini menurut Lavrov jadi contoh terbaru bagaimana negara-negara barat mengambil bagian dalam perang hibrida.

Mempersenjatai dan mendanai pasukan Ukraina, pasokan intelijen dan bantuan dalam memilih target aksi militer, yang dilakukan negara-negara barat, menjadikan mereka peserta perang.

Lavrov mencatat negara-negara barat mirip dengan Uni Soviet dalam cara mereka memperjuangkan masalah Ukraina di forum-forum yang tidak terkait.

Selama pertemuan Partai Komunis di beberapa pabrik Soviet, yang seharusnya tentang masalah manufaktur, tapi diskusi malah mengutuki imperialisme Amerika.

“Negara-negara barat telah menggunakan pendekatan serupa di G20,” kata diplomat senior Rusia itu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved