Berita Sleman
Memperingati Hari Pahlawan
Setidaknya terdapat empat peristiwa penting yang berkaitan dengan peristiwa 10 November 1945
Oleh
Wakil Bupati Sleman
Danang Maharsa, SE
Minggu ini kita kembali memperingati Hari Pahlawan. Kita peringati peristiwa heroik yang terjadi di Kota Surabaya 77 tahun yang lalu, yaitu 10 November 1945.
Setidaknya terdapat empat peristiwa penting yang berkaitan dengan peristiwa 10 November 1945.
Pertama, pada bulan Oktober terjadi peristiwa penting berupa keluarnya maklumat para kiai untuk para santri agar melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Berkat maklumat itu, para santri bergerak berjuang bersama mengusir penjajah Belanda kala itu. Peristiwa itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Santri di era Presiden Jokowi yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober.
Peristiwa kedua adalah munculnya semboyan “Merdeka atau Mati”. Semboyan itu dipetik dari Sumpah Pejuang Surabaya yang bunyinya: “Kedaulatan Negara dan Bangsa Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 akan kami pertahankan dengan sungguh-sungguh, penuh tanggungjawab bersama, bersatu, ikhlas berkorban dengan tekad: Merdeka atau Mati! Sekali Merdeka tetap Merdeka!”
Peristiwa ketiga yaitu pidato Bung Tomo melalui radio yang membakar semangat para pemuda dan rakyat untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Bung Tomo sebagai anggota "Gerakan Rakyat Baru" dan pengurus "Pemuda Republik Indonesia" di Surabaya, bisa mendapatkan akses radio untuk menyiarkan orasi-orasinya.
Sejak 12 Oktober 1945 Bung Tomo juga menjadi pemimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) di Surabaya melawan pasukan Belanda dan Inggris.
Peristiwa keempat adalah perobekan bendera Belanda di hotel Yamato. Peristiwa bermula ketika sekelompok orang Belanda pada malam hari tanggal 18 September 1945 mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) di tiang pada tingkat teratas hotel Yamato. Pengibaran dilakukan tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya.
Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Tak lama kemudian berkumpulah massa di hotel Yamato. Dilakukanlah perundingan antara perwakilan pemuda Surabaya dengan orang Belanda agar bendera Belanda diturunkan.
