Hari Pahlawan

Isi Pidato Bung Tomo Versi Ejaan Lama dan Ejaan Baru Memperingati Hari Pahlawan 10 November 2022

Isi pidato Bung Tomo yang berapi-api untuk membangkitkan semangat pemuda, menyatakan perlawanan terhadap Tentara Inggris di Pertempuran Surabaya 1945.

TRIBUNJOGJA.COM - Sutomo atau yang akrab disapa Bung Tomo adalah pahlawan nasional Republik Indonesia (RI) yang menjadi tokoh ikonik dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.

Bukan membawa senjata di medan perang, peran inti dari Bung Tomo justru di balik mikrofon siaran radio.

Bung Tomo adalah seorang mantan jurnalis yang memimpin kelompok Pimpinan Pemberontakan Rakyat Indonesia (PPRI) untuk mengambil alih fasilitas radio Jepang di Kota Surabaya, Jawa Timur, tidak lama setelah kemerdekaan diproklamasikan.

Hari Pahlawan 2020
Hari Pahlawan 2020 (dok.istimewa)

Pidato Bung Tomo mampu mengobarkan semangat para pejuang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bung Tomo melalui pidatonya yang berapi-api telah menyulut semangat para pemuda dan santri agar berjibaku di medan perang Surabaya.

Bung Tomo juga berperan dalam pelucutan senjata Jepang, lalu mengirimkan sebagian besar senjata itu ke Jakarta.

Melansir laman Gramedia.com, Siaran Radio Pemberontakan Bung Tomo menjangkau hingga ke luar Indonesia, termasuk Thailand dan Australia. 

Siaran radio Bung Tomo berhasil mendorong dunia internasional untuk menekan Belanda dan Inggris (Sekutu) agar mengendurkan serangannya terhadap Indonesia.

Bahkan, siaran radio Bung Tomo mampu mendatangkan berbagai bentuk bantuan bagi rakyat Surabaya.

Sejarah Hari Pahlawan, Ini Alasan Mengapa Hari Pahlawan Diperingati Setiap Tanggal 10 November
Peringatan Hari Pahlawan 10 November (DOK. Kompas.id)

Dalam pidato dan siarannya, Bung Tomo meminta agar para pemuda Surabaya tidak meninggalkan kota, melainkan tetap tinggal untuk membela negara.

Seperti diketahui, selama periode perang, ada ratusan ribu rakyat Surabaya yang meninggalkan Kota Pahlawan itu.

Melalui siaran radio, Bung Tomo juga meminta tambahan pasukan untuk Surabaya.

Benar saja, tak lama kemudian markas besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Yogyakarta mengirim seorang komandan dan lebih dari 20 kadet untuk membantu para pejuang di Surabaya.

Seperti yang diwartakan Tribunjogja.com sebelumnya, berikut adalah cuplikan pidato ikonik dari Bung Tomo yang masih sering diperdengarkan hingga sekarang.

Terdapat pidato Bung Tomo versi ejaan lama dan versi ejaan baru untuk mempermudah Anda membaca teks pidato.

Isi Pidato Bung Tomo versi Ejaan Lama

Sosok Bung Tomo, pahlawan pertempuran Surabaya 10 November 1945. Pemompa semangat Arek-arek Suroboyo.
Isi Pidato Bung Tomo versi Ejaan Lama (Foto Istimewa)

Bismillahirrahmanirrahim… Merdeka!

Saoedara-saoedara, rakjat djelata di seloeroeh Indonesia, teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek Kota Soerabaja.

Kita semoeanja telah mengetahoei, bahwa hari ini, tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet, jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea.

Kita diwadjibkan, oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang telah kita reboet dari tangannja tentara Djepang.

Mereka telah minta, supaja kita datang pada mereka itoe, dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta, supaja kita semoea datang kepada mereka itoe, dengan membawa bendera poetih, tanda bahwa kita menjerah kepada mereka.

Saoedara-saoedara, di dalam pertempoeran-pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahwa rakjat Indonesia di Soerabaja,

Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe, 

Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,

Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,

Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,

Pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera,

Pemoeda Atjeh, Pemoeda Tapanoeli, dan seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini, di dalam pasoekan-pasoekan mereka masing-masing, dengan pasoekan-pasoekan rakjat jang dibentuk di kampoeng-kampoeng, 

Telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol.

Telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit di mana-mana.

Hanja karena taktik jang litjik daripada mereka itoe, saoedara-saoedara, dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek menghentikan pertempoeran.

Tetapi pada masa itoe, mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.

Saoedara-saoedara, kita semuanja, kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaja ini, akan menerima tantangan tentara Inggris itoe.

Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja, ingin mendengarkan djawaban rakjat Indonesia, ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja itoe, 

Dengarkanlah ini tentara Inggris! 

Ini jawaban kita!

Ini djawaban rakjat Soerabaja!

Ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian:

Hei tentara Inggris!

Kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih untuk takloek kepadamoe.

Kau menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe.

Kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari Djepang oentoek diserahkan kepadamoe.

Toentoetan itoe, walaoepoen kita tahoe, bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita, oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada, tetapi inilah djawaban kita:

Selama banteng-banteng Indonesia, masih mempoenjai darah merah, jang dapat membikin setjarik kain poetih, merah dan putih.

Maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!

Saoedara-saoedara rakjat Soerabaja, siaplah keadaan genting.

Tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak!

Baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itoe.

Kita toendjoekkan, bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka!

Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka!

Sembojan kita tetap: Merdeka atau Mati.

Dan kita jakin, saoedara-saoedara, pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita.

Sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar.

Pertjajalah saoedara-saoedara, Toehan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar..! Allahu Akbar..! Allahu Akbar…!

Merdeka!!!

Baca juga: 11 KUMPULAN Puisi Hari Pahlawan 10 November untuk Murid SD, Singkat dan Mudah Dihafalkan

Isi Pidato Bung Tomo versi Ejaan Baru

Buku
Isi Pidato Bung Tomo versi Ejaan Baru. Ilustrasi foto cover buku "Bung Tomo, Soerabaja di Tahun 45" (ISTIMEWA)

Bismillahirrahmanirrahim… Merdeka!

Saudara-saudara, rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama, saudara-saudara penduduk Kota Surabaya.

Kita semuanya telah mengetahui, bahwa hari ini, tentara Inggris, telah menyebarkan pamflet-pamflet, yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.

Kita diwajibkan, untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.

Mereka telah minta, supaya kita datang pada mereka itu, dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta, supaya kita datang pada mereka itu, dengan membawa bendera putih, tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.

Saudara-saudara, di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Sumatra, 

Pemuda Aceh, Pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing, dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung, 

Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.

Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu, saudara-saudara, dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita tunduk untuk menghentikan pertempuran.

Tapi pada masa itu, mereka telah memperkuat diri, dan setelah kuat, sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara, kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini, akan menerima tantangan tentara Inggris itu.

Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya, ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya itu.

Dengarkanlah ini tentara Inggris!

Ini jawaban kita!

Ini jawaban rakyat Surabaya!

Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian: 

Hei tentara Inggris!

Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.

Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.

Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang kita rampas dari Jepang untuk diserahkan kepadamu.

Tuntutan itu, walaupun kita tahu, bahwa kau sekalian akan mengancam kita, untuk menggempur kita dengan seluruh kekuatan yang ada, tetapi inilah jawaban kita:

Selama banteng-banteng Indonesia, masih mempunyai darah merah, yang dapat membikin secarik kain putih, merah dan putih,

Maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga!

Saudara-saudara, rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting.

Tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak!

Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu.

Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka!

Dan untuk kita, saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka!

Semboyan kita tetap: Merdeka atau Mati.

Dan kita yakin, saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.

Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. 

Percayalah saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar..! Allahu Akbar..! Allahu Akbar…!

Merdeka!!!

Baca juga: Hari Pahlawan 10 November, Inilah Isi Lengkap Pidato Bung Tomo Merdeka Atau Mati!

Baca juga: Sejarah Hari Pahlawan, Ini Alasan Mengapa Hari Pahlawan Diperingati Setiap Tanggal 10 November

Demikian isi pidato Bung Tomo yang telah membangkitkan semangat para pemuda Indonesia untuk berperang melawan penjajah demi menjaga kemerdekaan. 

Selamat Hari Pahlawan 2022. (Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved