Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Apa Itu Gagal Ginjal pada Anak yang Juga Ada di DI Yogyakarta? Begini Penjelasan Dokter Spesialis
Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi ginjal.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus gagal ginjal pada anak mulai banyak dibicarakan karena sudah ada 152 anak di Indonesia teridentifikasi terkena penyakit tersebut.
Di DI Yogyakarta , berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, sudah terdeteksi 13 kasus gangguan ginjal akut pada anak yang terpencar di lima kabupaten atau kota.
Dari belasan kasus yang terdeteksi, lima pasien diantaranya meninggal dunia.
Apa itu gagal ginjal pada anak yang juga ada di DI Yogyakarta?
Baca juga: Waspada Gagal Ginjal Akut pada Anak Jika Warna Urine Jadi Lebih Pekat, Berikut Daftar Gejalanya
Dokter Spesialis Anak RS Panti Rapih , Dr dr FX Wikan Indrarto SpA menjelaskan, sampai sekarang, belum diketahui apa penyebab gagal ginjal akut yang kini banyak menyerang anak .
“Penyebab pastinya belum diketahui, termasuk kecurigaan makanan atau minuman yang sering dikonsumsi anak. Itu belum terbukti,” ujarnya kepada Tribunjogja.com , Selasa (18/10/2022).
Maka, ia meminta agar orang tua perlu mewaspadai gejala klinis yang muncul dan memberikan asupan cairan yang memadai.
Jangan lupa untuk memeriksakan anak ke dokter terdekat.
“Sejauh yang saya ketahui, gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi ginjal ,” tambahnya lagi.
Kondisi ini, kata dia, biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia atau peningkatan konsentrasi blood urea nitrogen (BUN) dan atau penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi urin.
Dia menjelaskan, saat ini sudah ada perubahan terminologi dari gagal ginjal akut (GGA) menjadi AKI yang bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini agar dapat dilakukan intervensi segera.
“Pada konsep yang dipakai sekarang, AKI memiliki spektrum klinis yang luas, mulai dari perubahan minor pada penanda fungsi ginjal sampai dengan kondisi yang membutuhkan Terapi Pengganti Ginjal (TPG),” paparnya.
Dijelaskannya, perubahan konsep ini dilakukan karena adanya bukti bahwa perubahan kecil dalam fungsi ginjal dapat memiliki efek yang serius untuk jangka panjang, dan intervensi dini dapat memperbaiki luaran atau prognosis.
Namun, meski kemajuan dalam diagnosis dan staging AKI dengan emergensi biomarker menginformasikan tentang mekanisme dan jalur dari AKI, tetapi mekanisme AKI berkontribusi terhadap peningkatan mortalitas dan morbiditas pada pasien rawat inap masih belum jelas.