Berita Jogja Hari Ini

Gambarkan Era Sri Sultan HB III dan IV Pasca Geger Sapehi, Keraton Yogya Gelar Pameran Sumakala

Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) III dan Sri Sultan HB IV pada periode 1810 hingga 1822 menjadi satu dari sejarah Keraton Yogyakarta

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Yuwantoro Winduajie
Penghageng KHP Nitya Budaya, Keraton Yogyakarta GKR Bendara dan Kurator Pameran Temaram, Fajar Wijanarko 

Sementara Penghageng KHP Nitya Budaya, Keraton Yogyakarta , GKR Bendara mengungkapkan, pameran ini menjadi tantangan tersendiri bagi Keraton Yogyakarta dan tim pameran.

Perihal ini dikarenakan pasca peristiwa Geger Sepehi (1812), Keraton Yogyakarta yang megah harus porak-poranda.

Benda budaya, kekayaan material, hingga pusaka yang dimiliki Keraton Yogyakarta dijarah habis-habisan oleh prajurit Sepoy.

Sumber-sumber mengenai pemerintahan Keraton Yogyakarta pada awal abad ke-19 praktis tidak banyak ditemukan.

Di sinilah Keraton Yogyakarta mencoba membaca ulang sejarah semasa 1812-1822 dan mewujudkannya dalam bentuk visual.

Kerja kreatif ini dipilih menjadi media untuk menyelami pemerintahan Sultan ketiga dan Sultan keempat lebih mendalam.

“Momentum ini upaya keraton untuk merekonstruksi ulang kisah-kisah Sultan terdahulu. Meskipun kedua Sultan, yakni Sultan ketiga dan Sultan keempat mengalami kondisi yang sulit, tetapi berbagai prestasi dalam pemerintahan maupun pembangunan kebudayaan di keraton turut disumbangkan," jelasnya.

"Beberapa masih bisa kita lihat sampai sekarang, seperti tari Bedhaya Durma Kina, Babad Ngayogyakarta, maupun kereta-kereta kebesaran dari masing-masing Sultan,” sambung GKR Bendara.

Baca juga: Bupati Halim: Pemkab Bantul Dukung Penuh Munculnya Pengusaha Muda

Penyelenggaraan pameran akan dilaksanakan di Komplek Bangsal Pagelaran, dan secara resmi akan dibuka nantinya pada tanggal 28 Oktober 2022.

Berbagai kegiatan pendukung pameran juga akan digelar, seperti napak tilas kediaman putra mahkota, menjelajahi ruas penyerangan Geger Sepehi, hingga berbagai diskusi dan lokakarya yang berkaitan dengan tema pameran.

Keraton Yogyakarta sebagai institusi budaya, sekaligus museum yang inklusif turut menggandeng komunitas untuk bekerjasama dalam penyelenggaraan pameran.

Dengan demikian, keterlibatan masyarakat dalam upaya melestarikan sejarah dan kebudayaan semakin luas. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved