Laporan BPPTKG Yogyakarta: Gunung Merapi Luncurkan 7 Kali Guguran Lava Selama Sepekan Terakhir
Dari hasil pengamatan itu menunjukkan aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gunung Merapi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah tercatat mengalami 7 kali guguran lava selama sepekan terakhir.
Hal itu merupakan hasil amatan BPPTKG Yogyakarta sepanjang 7-13 Oktober 2022.
"Teramati sebanyak 7 kali ke arah barat daya dominan ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 1.500 m," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso dalam laporannya, Minggu (16/10/2022).
Lebih lanjut, dalam minggu ini kegempaan Gunung Merapi tercatat mengalami 354 kali gempa Vulkanik Dalam (VTA), 1 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 243 kali gempa Fase Banyak (MP), 1 kali gempa Frekuensi rendah (LF), 1 kali gempa Tremor, 378 kali gempa Guguran (RF), 39 kali gempa Hembusan (DG), dan 8 kali gempa Tektonik (TT).
"Intensitas kegempaan pada minggu ini masih tinggi," katanya.
Hasil amatan lain menunjukkan tidak adanya perubahan morfologi yang signifikan dari kubah barat daya dan kubah tengah.
Volume kubah terhitung tetap, untuk kubah lava barat daya sebesar 1.626.000 m3 dan kubah tengah sebesar 2.772.000 m3.
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini juga tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Dari hasil pengamatan itu menunjukkan aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.
Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi," jelasnya. (*)