Psikolog UII Soroti Proses Penanganan Massa di Tragedi Kanjuruhan: Suporter Bisa Alami Tekanan
Kejadian di Stadion Kanjuruhan juga dapat menimbulkan dampak psikologis tersendiri.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Selain itu, biasanya juga akan muncul perasaan self blaming atau menyalahkan diri sendiri atas peristiwa yang menimpa anggota keluarganya.
“Perasaan seperti ini pasti muncul. Mereka berandai-andai, seandainya dia bisa melarang anggota keluarganya untuk tidak menonton pertandingan, maka mungkin mereka masih selamat,” terangnya.
Dikatakan Qurotul, perasaan itu, jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak buruk bagi pemulihan psikologis keluarga korban.
Untuk menangani hal tersebut, diperlukan usaha untuk melihat seberapa besar dampak psikologis yang ada.
Dampak dari trauma itu sendiri bisa berupa depresi, cemas, dan stress.
Sementara jika depresi menjadi berkepanjangan, orang dapat mengalami gangguan kejiwaan lebih berat.
Qurotul menganggap kesedihan akibat peristiwa ini tentu tidak dapat dihindarkan. Hal itu menurutnya menjadi sebuah kewajaran pada setiap manusia.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan lebih dalam adalah seberapa cepat orang tersebut dapat bangkit.
“Sedih itu wajar, tetapi setiap orang akan ada yang cepat bangkit kembali, ada pula dalam jangka waktu tertentu, dan ada yang membutuhkan waktu lebih lama, ada pula yang berlanjut menjadi gangguan psikologis,” paparnya.
Penanganan psikologis menjadi penting ketika seseorang sulit untuk bangkit.
Dalam ranah psikologi terdapat istilah dukungan sosial yang dapat memberikan penyangga bagi orang yang mengalami tekanan.
Dukungan moral dari teman terdekat menjadi teramat penting di situasi yang segenting itu.
Baca juga: Ada Dugaan Pelanggaran HAM di Kanjuruhan, Komnas HAM Terjunkan Tim Pencari Fakta
“Mereka butuh support psikologis dari sahabat, saya kira itu baik untuk memberikan dukungan. Mereka butuh teman untuk bercerita,” jelas Qurotul.
Ketika dukungan moral telah dilakukan, tentu harapannya kesedihan dan trauma dapat perlahan dikurangi.
Orang yang mengalami musibah membutuhkan teman berbagi, kemudian didengarkan dan diberikan dukungan, biasanya akan berangsur-angsur membaik.
