Berita Bisnis Terkini
Harga Kedelai Meroket, Perajin Tahu dan Tempe di Magelang Terpaksa Kurangi Produksi
Kedelai yang didatangkan dari negara Amerika Serikat itu, harganya di pasaran tembus Rp13 ribu per kilogramnya.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Para perajin tahu dan tempe di Desa Mejing, Kecamatan Candi Mulyo, Kabupaten Magelang mengeluhkan harga kedelai impor yang naik secara signifikan.
Kedelai yang didatangkan dari negara Amerika Serikat itu, harganya di pasaran tembus Rp13 ribu per kilogramnya.
Salah satu perajin tahu di desa tersebut, Anggar Kurniawati mengatakan, kenaikan harga kedelai secara drastis mulai dirasakan sekitar satu bulan lalu.
"Sebenarnya, harga kedelai naik sudah lama, namun baru-baru bulan ini sampai Rp13 ribu per kilogram. Itu, biasanya harga Rp11.500-Rp11.700 itu sudah sangat mahal," ujarnya saat ditemui di rumahnya pada Kamis (29/09/2022).
Naiknya harga kedelai membuatnya terpaksa mengecilkan produksi tahu miliknya.
Baca juga: Imbas Harga Kedelai Impor Meroket, Pengusaha Tahu di Kulon Progo Pilih Kurangi Produksi dan Ukuran
Biasanya dalam satu papan hanya bisa dibuat untuk 50 tahu kini menjadi 60 buah.
"Ya, itu ukurannya diperkecil kalau harganya tetap sama. Itu variatif ada yang Rp22 ribu, Rp25 ribu tergantung ukuran papannya," terangnya.
Ia menduga, kenaikan harga kedelai imbas dari melejitnya harga bahan bakar minyak (BBM).
Karena, sejak kenaikan BBM dirinya harus mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi pengantaran kedelai.
"Dari truknya pemasok dari pelabuhan, kami menambah sendiri ongkosnya kalau dulu enggak kan sudah termasuk harganya. Nambahnya, itu per kilogramnya kena Rp115 rupiah. Jadi, satu truk itu ukirannya bisa 8-9 ton, itu tambah biayanya sekitar Rp920 ribu,"ujarnya.
Hal serupa pun dirasakan oleh perajin tempe dan tahu yang lain yakni Mukhanafi (54). Ia mengatakan, imbas kenaikan harga kedelai membuat dirinya terpaksa mengurangi produksi.
"Sebelum naik biasanya 7 sampai 8 kuintal sekali produksi sekarang hanya 3 kuintal. Yang produksi biasanya 4 tungku sekarang cuma 2 tungku saja,"terangnya.
Mengurangi produksi, lanjutnya, sebagai upaya mensiasati agar pengolahan tahu dan tempe di tempatnya tetap berjalan.
Karena, dirinya tidak menaikkan harga maupun mengurangi ukuran produknya itu.
"Tetap sama, kalau dikurangi pelanggan pergi. Harga pun sama kalau dinaikkan (pelanggan) tidak mau. Makanya pabrik dua (tungku) nggak beroperasi,"ucapnya.