PSS Sleman

Nyanyian Terakhir Aditya Eka Putranda untuk PSS Sleman

Aditya Eka Putranda merupakan satu di antara anggota suporter PSS Sleman yang mengalami penganiayaan keras hingga meninggal dunia.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Neti Istimewa Rukmana
Prosesi Pemakaman Aditya Eka Putranda (18),korban serangan dari orang tak dikenal usai menonton laga PSS Sleman kontra Persebaya Surabaya di Stadion Maguwoharjo. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Alrofian Dafa Darmawan bersama sejumlah remaja usia belasan tahun tampak berdiri lesu di seberang pemakaman.

Matanya menatap kedepan sayup.

Bekas air mata itu belum terlihat mengering.

Tatapannya itu menjurus pada sebuah makam yang masih harum bertabur bunga.

Baru saja bacaan tahlil dan doa-doa dipanjatkan untuk mendiang Aditya Eka Putranda.

Baca juga: Seorang Suporter PSS Sleman Meninggal Dunia, Ini Kata Kapolres Sleman

Dia merupakan satu di antara anggota suporter PSS Sleman yang mengalami penganiayaan keras hingga meninggal dunia.

Sepak bola tanah air kembali berkabung atas meninggalnya bocah berusia 18 tahun itu.

Padahal belum lama ini, satu di antara suporter dari PSS Sleman juga meninggal pasca keributan antar suporter di sekitaran Gejayan-Babarsari.

Dafa begitu ia akrab disapa masih tidak percaya, bahwa temannya itu kini telah tiada.

"Orangnya itu baik, enggak aneh-aneh. Dia pendiam. Enggak mengira banget kejadian bakal seperti ini," ucapnya, seusai menyaksikan proses pemakaman Aditya Eka Putranda, di Pemakaman Banyuraden, Gamping, Minggu (28/8/2022).

Dafa masih mengingat pada Sabtu (27/8/2022) siang kemarin, ia bersama Aditya berangkat bersama untuk menyaksikan tim kebanggaannya menjamu Persebaya.

Mereka merasakan atmosfir para suporter yang tiada henti memberi dukungan untuk tim PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Sleman.

Tak disangka, lagu Sleman Till I Die yang menggugah semangat itu justru menjadi lagu paling hening ditengah gemuruh suporter bola yang hadir di stadion Maguwoharjo pada saat itu.

"Sleman till I die, I’m Sleman till I die,I know I am, I’m sure I am, I’m Sleman till I die," ucap Dafa mencoba mengenang kembali moment itu.

"Itu lagu terakhir yang kami nyanyikan. Kami bernyanyi bersama. Ya enggak mengira jika seperti ini," sambungnya.

Seusai laga antara PSS Sleman dengan Persebaya berakhir, Dafa dan Aditya bersama rombongannya bergegas pulang ke rumah.

Sekitar pukul 22.30 WIB mereka mulai meninggalkan stadion Maguwoharjo untuk pulang.

"Pas sampai di perlintasan kereta api, di Mejing Kidul, itu kami langsung dicegat. Itu bagian kelompok suporter Jogja,"kata dia.

Baca juga: Kronologi Meninggalnya Suporter PSS Sleman Aditya Eka Putranda, Dianiaya Saat Pulang dari Stadion

Penyerangan terhadap kelompok Aditya pun dimulai.

Menurut Dafa, selain membawa senjata tajam, kelompok yang menyerangnya itu juga membunyikan petasan.

"Terus di situ kami langsung disabet senjata tajam. Jadi saya termasuk selamat. Kalau Aditya itu jatuh karena ditendang, setelah itu disayur (dikeroyok) sama mereka," ungkapnya.

Dijelaskan oleh Dafa, ia bersama teman-teman lainnya rombongan sekitar 10 sepeda motor.

Ketika itu Aditya berada di tengah rombongannya.

"Saya gak ingat jelas. Tapi Adit itu di tengah-tengah. Enggak tertinggal. Terus kami dicegat, Adit itu terjatuh. Kami sempat melawan, tapi mereka bawa senjata tajam," ungkpanya.

"Kejadian juga berlangsung cepat. Ya hanya lima menitan," tambahnya.

Ia berharap pihak kepolisian dapat menemukan pelaku yang menewaskan temannya itu. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved