Pembunuhan Daria Dugina

Sejak 1997 Filsuf Rusia Alex Dugin Sudah Prediksi Perang Pecah di Ukraina

Sebagai ideolog konservatif filsuf Alexander Dugin menganggap Ukraina bagian dari Rusia, dan negara itu tak punya sejarah kenegaraan.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
RussiaToday/Telegram
Darya Dugina berfoto bersama ayahnya, Alexander Dugin. Darya tewas dalam ledakan bom mobil yang menghancurkan kendaraan yang dikemudikannya di Moskow, Sabtu malam (20/8/2022). Alexander Dugin dikenal filsuf politik radikal Rusia. 

TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW – Bom mobil yang meledak di pinggiran Moskow, Sabtu (20/8/2022) malam menewaskan Daria Dugina.

Daria bekerja sebagai jurnalis di Rusia, dan dia putri semata wayang filsuf Rusia Alexander Dugin. Dugin juga dikenal pemikir konservatif, dan pendukung kuat serangan Rusia ke Ukraina.

Elite dan media arus utama barat menjulukinya “Otak Putin”. Ada yang menyebutnya pula “Rasputinnya Putin”. Siapa sebenarnya Alexander Dugin?

Media Russia Today menyebut Aleksandr Dugin orang yang anak. Ia lebih dikenal di luar negeri ketimbang di tanah airnya, Rusia.

Baca juga: Bom Diletakkan di Mobil Darya Dugina, Target Utama Diduga Filsuf Alexander Dugin

Baca juga: Dinas Rahasia Rusia Publikasikan Foto Warga Ukraina Diduga Pelaku Bom Mobil Daria

Baca juga: Presiden Vladimir Putin Beri Medali Ordo Keberanian ke Darya Dugina

Media barat menggunakannya untuk propaganda lewat pengelolaan atribusi dan narasinya versi mereka sendiri.

Dugin telah dijuluki 'Otak Putin' karena menghubungkan pemikiran-pemikirannya yang antibarat dan kebijakan politik Putin yang selaras dengan ide-ide Dugin.

Majalah Foreign Policy pernah memasukkan Dugin ke daftar 'Pemikir Global' 2014" karena dianggap jadi ideolog ekspansionis Rusia.

Namun, kenyataannya, kata Russia Today, dia tidak berpengaruh di Kremlin. Dia bahkan bukan tokoh arus utama di Moskow.

Sebaliknya, dia menjadi ‘totem’ atau semacam boneka bagi juru kampanye ultra-nasionalis, yang sebagian besar percaya Presiden Vladimir Putin terlalu moderat dalam kebijakan luar negerinya.

Dengan demikian, Dugin telah menjadi anomali yang aneh: terkenal di barat, tetapi menjadi sosok pinggiran di rumah.

Menyusul pembunuhan putrinya, Darya Dugina, beberapa orang berspekulasi ketenaran itu sendiri mungkin menjadi alasan bagi operator Ukraina untuk menjadikannya target.

Penulis anti-barat itu dilaporkan dirawat di rumah sakit setelah mengunjungi lokasi pengeboman mobil yang merenggut nyawanya, pada Sabtu malam.

Jadi Target Pembunuhan

Daria Dugina, seorang jurnalis berusia 29 tahun dan seorang komentator, terbunuh saat kembali dari festival keluarga konservatif di luar Moskow, yang dia hadiri bersama ayahnya.

Andrey Krasnov, seorang kenalan, mengatakan kepada TASS, mobil SUV yang dikendarainya adalah milik ayahnya.

Menurut laporan yang belum dikonfirmasi, Dugin berencana untuk meninggalkan acara dengan mobil yang sama dengan putrinya, tetapi pada saat terakhir memutuskan untuk mengambil mobil terpisah.

Dugin mulai populer sebagai penulis konservatif yang produktif pada 1990-an ketika Rusia mengalami krisis ekonomi yang melumpuhkan.

Rusia juga mengalami kekosongan ideologis menyusul runtuhnya Uni Soviet.

 

Dikenal karena retorikanya yang berapi-api dan sikap anti-Barat yang hawkish, Dugin membayangkan Rusia sebagai kekaisaran kontinental yang kuat dan terus berkembang.

Dugin menyebut misi Rusia versi dia adalah melayani sebagai benteng serius melawan penyebaran model liberal barat di mana-mana di planet ini.

Dalam karyanya, 'The Foundation of Geopolitics: The Geopolitical Future of Russia', yang diterbitkan pada 1997, Dugin sudah meramalkan pertumpahan darah di Ukraina.

“Kedaulatan Ukraina adalah faktor negatif bagi geopolitik Rusia yang pada prinsipnya dapat dengan mudah memicu konflik bersenjata,” tulisnya.

Dugin berpendapat, sambil mempertahankan tingkat otonomi tertentu, Ukraina harus diintegrasikan ke dalam negara Rusia, seperti pada zaman Tsar dan Soviet.

Penulis dengan penuh semangat mendukung keputusan Moskow untuk menarik kembali Krimea, setelah semenanjung itu memilih dalam referendum untuk meninggalkan Ukraina setelah kudeta 2014 di Kiev.

Dia kemudian masuk daftar hitam oleh AS dan Kanada. Pada 2014, ia meninggalkan Universitas Negeri Moskow, di mana ia memimpin departemen sosiologi hubungan internasional selama lima tahun.

Prediksi Alex Dugin

Dugin juga mendukung operasi militer yang diluncurkan Moskow terhadap negara tetangga pada akhir Februari tahun ini.

Dia berpendapat, sejak kemerdekaan Ukraina pada 1991, barat yang dipimpin AS telah memicu konflik dengan mendukung nasionalis dan pasukan anti-Rusia lainnya di Kiev.

Senjata juga terus dialirkan ke Ukraina. Sejak awal, menurutnya proyek Ukraina merdeka telah diarahkan melawan Rusia dan diawasi Anglo-Saxon.

“Pertempuran untuk Ukraina dan melawan Rusia adalah konstanta historis dari strategi geopolitik barat,” tulis Dugin dalam sebuah opini untuk grup media konservatif Tsargrad TV pada Maret.

Dia juga berpendapat perbatasan Ukraina saat ini dibuat secara artifisial ketika Ukraina adalah bagian dari Uni Soviet.

Ukraina tidak memiliki sejarah kenegaraan sama sekali, sementara wilayahnya saat ini secara historis tidak disengaja dan merupakan hasil dari desain administrasi Bolshevik.

Ketika Putin, saat dia membenarkan operasi militer di Ukraina, mengatakan 'Ukraina diciptakan oleh Lenin,' menurut Dugin, Putin benar sekali.

“Tentara Rusia saat ini memerangi negara-negara berdaulat yang memaksakan dunia unipolar. Kita tidak bisa kalah dalam perang ini. Jika tidak, seluruh dunia akan terbakar,” kata Dugin kepada surat kabar Turki, Turkiye Gazetesi pada April.

Seperti ayahnya, Dugina mendukung kampanye militer Rusia di Ukraina, sebuah negara yang ia gambarkan sebagai negara gagal.

Muncul di podcast 'Solovyov LIVE' hanya beberapa jam sebelum kematiannya, dia menuduh barat mencoba memaksakan kehendaknya pada orang lain.

“Operasi militer khusus (di Ukraina) adalah paku terakhir di peti mati hegemon dunia (barat),” katanya.

Inggris memasukkan Dugina ke daftar hitam bulan ini sebagai kontributor disinformasi yang sering dan terkenal terkait dengan Ukraina.

Penasihat Presiden Ukraina Mikhail Podolyak membantah keterlibatan Kiev dalam pemboman itu.

 "Saya ingin menekankan Ukraina, jelas, tidak ada hubungannya dengan itu," katanya kepada media Ukraina, Minggu.(Tribunjogja.com/RussiaToday/xna)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved