Komando Strategis AS Atur Strategi Baru Hadapi Ancaman Nuklir Rusia dan China

KOmando Strategis (Stratcom) AS menyusun ulang strategi dan teori menghadapi perang nuklir, dan menghadapi potensi perang melawan Rusia dan China.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
KCNA via KNS/AP PHOTO via kompas.com
FILE - Pemerintah Korea Utara, menunjukkan apa yang dikatakan rudal balistik antarbenua Hwasong-17 selama parade militer untuk menandai ulang tahun ke-90 tentara Korea Utara di Lapangan Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara Senin, April 25 Oktober 2022. Senjata nuklir diyakini kini dikuasai negara-negara di Asia, antara lain China, India, Pakistan, dan Korea Utara. AS menyusun ulang langkah menghadapi perang nuklir. 

TRIBUNJOGJA.COM, ALABAMA – Komando Strategis (StratCom) AS merumuskan strategis baru guna menghadapi gerakan militer Rusia dan China.

Langkah-langkah evaluasi dilakukan, termasuk prakiraan terjadinya penggunaan senjata nuklir menyusul peperangan diUkraina musim dingin mendatang.

Ketegangan yang meningkat tajam di sekitar Taiwan juga menjadi alasan penilaian ulang strategi militer AS menghadapi China.

Baca juga: China Berpotensi Picu Perang Nuklir dengan India, Beijing Kirim Tentara ke Perbatasan

Baca juga: Berapa Banyak Senjata Nuklir yang Dimiliki Rusia? Ini Rinciannya Menurut Para Ahli

Baca juga: Kim Jong Un Berdalih Senjata Nuklir Justru Mencegah Perang

Situs berita Defense One mengabarkan, jajaran elite komando persenjataan nuklir AS mengungkapkan mereka menyusun ulang strategi dalam rasa marah.

Strategi itu mencakup teori pencegahan nuklir baru yang mencakup konfrontasi simultan dengan Rusia dan China.

Berbicara pada Simposium Pertahanan Luar Angkasa dan Rudal di Alabama, AS, Kepala Komando Strategis AS (Stratcom) Laksamana Chas Richard mengingatkan dibutuhkan lebih banyak orang Amerika untuk bekerja mencegah konflik nuklir.

Menurut Richard, para pejabat di STRATCOM telah menanggapi bagaimana ancaman dari Moskow dan Beijing berubah sejak tahun ini.

"Kita harus memperhitungkan (ancaman) tiga pihak," kata Richard pada konferensi tahunan itu.

"Itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah bangsa ini. Kami tidak pernah menghadapi dua lawan berkemampuan nuklir pada saat yang sama, yang harus dicegah secara berbeda," katanya.

Richard juga menunjukkan pengetahuan institusional tentang pencegahan perang nuklir telah berkurang, sehingga memerlukan teori pencegahan baru.

"Bahkan keahlian pencegahan operasional kami tidak seperti pada akhir Perang Dingin. Jadi kita harus menghidupkan kembali upaya intelektual ini,” lanjut Richard.

“Kita bisa mulai dengan menulis ulang teori pencegahan, saya akan memberi tahu Anda kami melakukan itu dengan mati-matian di Stratcom," beber Richard.

Menurut laporan itu, musim semi ini, AS mengirim tim pos komando nuklir pada misi udara Panjang di pesawat E-6 Mercury "Looking Glass", modifikasi pesawat Boeing 707.

Para pemimpin militer juga melakukan upaya untuk menyelaraskan komando kombatan lainnya tentang bagaimana menjinakkan dan mengendalikan upaya Rusia, khususnya di Ukraina.

Teori pencegahan nuklir tradisional mengenal prinsip kehancuran yang saling terjamin, yang menyatakan setiap penggunaan senjata nuklir akan mengakibatkan pembalasan dan pemusnahan total semua pihak.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved