Bupati Bantul Abdul Halim Muslih

Bupati Halim Jelaskan Konsep Kabaruan Inovasi Bantul Seroja

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menjelaskan, konsep kebaruan inovasi Bantul Seroja.

Editor: Agus Wahyu
TRBUNJOGJA.COM/SANTO ARI
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menunjukkan jamu yang diterapkan dalam pengobatan tradisional di puskesmas-puskesmas Bantul. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Terkait prestasi inovasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, yakni Sehat Ekonomi karo Jamu (Seroja) masuk Top 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2022, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menjelaskan, konsep kebaruan inovasi Bantul Seroja. Yaitu, integrasi pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan konvensional di puskesmas.

“Kedua, pengembangan pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan meningkatkan diversifikasi produk jamu, baik sisi bentuk produk jamu yang terus berkembang variasinya maupun manfaat atau khasiat produk jamu yang terus ditingkatkan,” urai Abdul Halim Muslih.

Baca juga: Bupati Halim Apresiasi Prestasi Bantul Seroja Masuk Top 45 KIPP

Baca juga: Bupati Abdul Halim Pastikan Libatkan Masyarakat Bantul Dalam Produksi Jamu dan Obat Herbal

Jamu-jamu yang diproduksi masyarakat Bantul, disebut Abdul Halim, sudah masuk sistem layanan kesehatan di Puskesmas. Jika selama ini Puskesmas hanya memakai obat-obatan kimia, saat ini jamu digunakan sebagai pelengkap dalam treatment kepada pasien.

Bupati Bantul menekankan, bahwa seluruh jamu yang digunakan sudah tersertifikasi dan mendapatkan rekomendasi BPOM. Selain itu, jamu dalam Seroja telah disahkan Kementerian Kesehatan.

“Penggunaan jamu ini meningkatkan perekonomian, di mana terjadi penyerapan tenaga kerja di bidang industri jamu terlebih saat ini produk jamu kian bervariasi,” ucap Bupati Halim.

Adapun untuk produksi jamu telah berkembang di beberapa wilayah, di antaranya Kiringan, Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, kemudian di Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Sedayu serta di Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan.

"Bentuknya jamu dulu itu cair, diseduh dan diminum. Nah, saat ini jamu bisa berupa kapsul, bubuk, selai bahkan lulur masker. Ini contoh-contoh disertifikasi penggunaan tanaman obat-obatan atau toga dan itu disahkan oleh BPOM dan teruji klinis," imbuh Bupati Abdul Halim.

Sekadar diketahui, saat ini terdapat 12 puskesmas di Bantul yang menerapkan pengobatan menggunakan jamu. Empat di antaranya sudah memasukkan jamu sebagai resep pengobatan.

“Secara bertahap inovasi akan terus dikembangkan ke seluruh 17 Kapanewon di wilayah Kabupaten Bantul,” lanjut Halim. (ayu)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved