Pelatih Timnas Indonesia U16 Bima Sakti Pasang Foto Orang Tua Pemain di Ruang Ganti, Ini Tujuannya
Pelatih Timnas Indonesia U16, Bima Sakti memiliki cara untuk mengangkat mental para pemain yang melakoni laga di Piala AFF U16, di Sleman, DIY
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pelatih Timnas Indonesia U16, Bima Sakti memiliki cara untuk mengangkat mental para pemain yang melakoni laga di Piala AFF U16, di Sleman, DIY.
Cara itu satu di antaranya adalah memajang foto-foto orang tua setiap pemain di ruang ganti sebelum pertandingan.
Bima berpandangan jika para pemainnya kebanyakan punya tujuan sama untuk membanggakan dan membahagiakan orang tua.
Baca juga: Pemkab Sleman Kembali Gencar Ingatkan Warganya untuk Tetap Pakai Masker
"Untuk itu di ruang ganti kita tempel foto-foto orang tua mereka sebelum masuk ke lapangan, tatap wajah orang tua mereka walaupun tidak hadir secara fisik. Tapi InsyaAllah orang tua mereka pasti akan bangga mendoakan mereka saat pertandingan," kata Bima Sakti seusai latihan di Stadion UNY, Selasa (2/8/2022).
Selain cara itu, Bima dan tim pelatih menempatkan diri sebagai ayah sekaligus rekan yang saling belajar satu sama lain.
Itu dilakukan Bima agar suasana ruang ganti dan sesi latihan tetap harmonis dan terkondisi.
"Saya menempatkan sebagai pelatih, sebagai ayah mereka, sebagai kakak mereka bahkan bisa sejajar seperti teman. Kadang mereka curhat juga kangen dengan orang tua, wajar karena umur mereka ini 15, 16 tahun, jadi mereka masih butuh perhatian orang tua. Makanya saya sudah bicara dengan mereka, hati ke hati. Kadang mereka merasa sedih kalau ingat orang tua," beber pelatih berusia 47 tahun ini.
Bima mengakui, tak mudah baginya untuk menjaga mental para pemain muda untuk bisa stabil terus menerus. Terkadang harus ada upaya mengingatkan dengan cara menerapkan aturan yang sudah disepakati sejak awal.
"Pemain muda itu mentalnya masih naik turun, oleh sebab itu kita harus memberikan pendidikan yang baik, kita bikin aturan-aturan, masalah seragam, ibadah. Misalnya, nanti jam 11.30 semua pemain sudah ke masjid untuk salat berjamaah, dari sana ada sanksi jika pemain tidak salat kita potong uang jajan mereka 100 ribu," ungkap ia.
"Kalau yang terlambat kita potong uangnya denda 50 ribu. Kalau tidak seragam itu 50 ribu,"sambungnya.
Baginya, hal-hal kecil yang dilakukan itu akan membawa pemain lebih disiplin dalam pertandingan. Selain itu jiwa korsa dan solidaritas pemain juga perlu ditingkatkan guna membangun kemistri.
"Karena kita tim, kalau ada satu yang dihukum karena kesalahan, semua kena imbasnya. Misalnya saat mengumpulkan hp jam 9 malam, lalu ada yang mengumpulkan jam 9 lewat 1 menit, nah ini langsung dikasih hukuman besoknya, saya kurangi mereka pegang hp, dan khusus yang buat kesalahan kita tambah pengurangan lagi," tukasnya.
Baca juga: Dugaan Pemaksaan Berjilbab di SMAN 1 Banguntapan, Disdikpora DIY akan Meminta Keterangan Orang Tua
Dalam peraturan yang diterapkan Bima Sakti, setiap pemain hanya diizinkan mengakses smartphone-nya selama empat jam.
Bukan tanpa alasan aturan itu disepakati, halnya Bima ingin pemain bisa lebih fokus dalam latihan dan tidak menghiraukan apa yang terjadi di media sosial.
Selebihnya, Bima tidak ingin para pemainnya lupa diri, atau sudah merasa star syndrom ketika memainkan media sosial.
"Boleh bermain media sosial tapi jangan sampai mereka terbuai dengan pujian, bahkan kritikan juga. Saya aaja yang umur 47 kadang baca yang negatif agak terganggu secara psikologis. Jadi proporsional saja, karena kita selalu ingatkan mereka jangan sampai lupa diri dan cepat puas," tandas Bima. (tsf)
