Berita Sleman Hari Ini
UFO Monument Pertama di Indonesia Diresmikan di Sekitar Area Crop Circle Berbah Sleman
Lokasi UFO Monument yang berada di seberang crop circle dijelaskannya sangat stategis yakni dengan mengarah ke titik tengah circle tersebut.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Peristiwa crop circle atau tanaman yang berbentuk melingkar secara misterius di suatu area persawahan tepat di Padukuhan Krasaan, Kalurahan Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 23 Januari 2011 silam, ternyata masih terus diingat jelas oleh Basori (51), seorang warga dari Padukuhan Krasaan.
Pasalnya, dia telah mendengar suara seperti suara motor yang halus dari area sawah di mana terletak tidak jauh dari rumahnya, sekitar pukul 22.00 WIB.
Kala itu, Basori tidak memperhatikan suara yang ada.
"Suaranya nggak lama," katanya, kepada awak media di UFO Monument, tepat di seberang crop circle itu atau di Padukuhan Krasaan, Kamis (21/7/2022) sore.
Pada saat malam itu, kondisi di sekitar rumahnya masih sepi atau tidak terdapat aktifitas yang ramai.
Keesokan harinya, ketika ia hendak melihat sawah tiba-tiba terlihat beberapa padi dengan lahan enam petak rusak dan roboh.
Baca juga: Disdikpora Bantul Berencana Regrouping Sekolah yang Kurang Siswa Selama 3 Tahun Berturut-turut
Padahal padi tersebut telah memiliki usia tiga bulan dan segera memasuki musim panan.
Setelah dilakukan pengecekan lebih lanjut dari jarak jauh, lahan dari padi yang rusak tersebut membentuk seperti lingkaran yang memiliki motif.
Dikatakannya, hal itu diketahui saat pemilik sawah tersebut datang dan mengetahui terdapat fenomena yang tidak biasa, sehingga membuat pemilik sawah tersebut harus beranjak menaiki Bukit Suru di dekat area crop circle dan mendokumentasikan menggunakan kamera miliknya untuk diunggah ke dalam YouTube.
Beberapa saat kemudian unggahan tersebut viral.
Akibat dari hal tersebut, lokasi crop circle ramai dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia hingga negara lain selama tiga bulan.
Kendati demikian, saat itu dia bersama warga di sekitarnya belum ada yang mengetahui asal penyebab fenomena tersebut.
Setelah beberapa lama kemudian pemilik sawah tersebut tetap melakukan aktifitas tanam padi seperti biasanya.
Bahkan, tidak ada perubahan mengenai kesuburan tanah akibat fenomena itu.
"Dulu waktu ada penelitian dari mahasiswa dari Semarang, katanya ada akar yang terbakar. Tapi, pengaruh di tanah itu sendiri tidak apa-apa. Nyatanya sampai sekarang masih subur saja," lanjutnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia UFO Network sebagai jaringan komunitas UFO di Indonesia, ingin menginisiasi dengan membangun satu landmark bernama UFO Monument dan diresmikan pada Kamis (21/7/2022).
UFO Monument menjadi yang pertama hadir di Indonesia.
Direktur Indonesia Space Science Society sekaligus Penggagas Indonesia UFO Network, Venzha Christ, mengatakan, peristiwa crop circle sendiri menjadi bagian dari peristiwa penting di Indonesia.
"Karena itu mungkin suatu pertanda bahwa apa yang kami riset, yang kami pelajari, ingin kami share tentang teknologinya, tentang pengembangan materi di arah edukasinya. Itu akan bisa berjalan dengan baik," ujarnya.
Lokasi UFO Monument yang berada di seberang crop circle dijelaskannya sangat stategis yakni dengan mengarah ke titik tengah circle tersebut.
Ia turut menjelaskan kejadian pada 11 tahun yang lalu, secara tiba-tiba lokasi tersebut ramai dikunjungi oleh orang-orang.
"Dikira ada binatang macan atau ular isunya, ternyata saat difoto dari bukit Suru kelihatan motif yang sangat geometris dan sangat rapi sekali. Sangat tidak mungkin sekali bila itu dibuat oleh manusia karena tidak ada orang yang melihat kegiatan pada malam harinya. Karena, waktu itu ada orang ngeronda, ada penjaga sawahnya, dan di situ ada satpam, jadi tidak mungkin ketika itu ada sebuah aktifitas yang dilakukan oleh manusia," sambungnya.
Pada saat yang bersamaan pula, Ketua Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara, Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro, memahami dan mengetahui adanya fenomena crop circle pada 2011.
"Saya pun hadir sebanyak dua kali untuk melihat yang terjadi. Tentunya saya tidak tahu harus berterimakasih kepada siapa crop circle itu terjadi di Kapanewon Berbah. Menurut saya itu tidak hanya keren, tetapi harus di elaborasi oleh teman-teman yang memiliki perhatian terhadap hal-hal bersifat sains terkait dengan munculnya crop circle itu," paparnya.
Tentu tidak mudah untuk dicermati crop circle tersebut, sebab manusia selalu terjebak dalam 'bumi itu datar atau bumi itu bulat, serta sebagainya'.
Sehingga, ia pun berpesan setidaknya masyarakat dapat memberikan opini yang luas.
"Biarkan, hal-hal itu menjadi sebuah kelebihan yang dipelihara bersama," tuturnya.
Baca juga: Tren Kasus Covid-19 Mengalami Kenaikan, Ini Imbauan Pemkab Magelang
Menurutnya, Yogyakarta merupakan daerah yang harus bisa menghargai pendapat dan keberagaman manusia.
Maka dari itu, hal-hal tersebut dapat menjadi kelebihan yang ada di Yogyakarta melalui elaborasi dan perlindungan dari pemerintah atau keraton, sehingga setiap pandangan yang berbeda dari manusia bisa hidup secara damai.
Jadi, adanya pembangunan UFO Monument tidak menjadi sesuatu yang dibangun dalam waktu cepat, baik mengenai gagasan, sejarah, dan sebagainya.
"Tentu kami tahu pada 2011 ada crop circle dan komunitas-komunitas seni sains itu bergabung untuk mewujudkan monumen UFO atau Crop Circle sebagai penanda awal. Lalu, dengan kehadiran pak lurah, bu lurah, dan warga sekitar kenapa tidak saya dorong untuk menjadikan daerah ini menjadi daerah wisata minat khusus," imbuhnya.
Maka dari itu, ke depannya dapat memberikan dampak ekonomi meliputi kafe dan warung di sekitar crop circle.(Nei)