Harga Elpiji Naik

Jangan Sampai Gas Melon Langka, Imbas Kenaikan Harga Gas Elpiji 12 Kg

Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) berharap tidak ada perpindahan pengguna elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg atau gas melon.

Editor: Joko Widiyarso
DOKUMENTASI TRIBUNJOGJA.COM
ILUSTRASI: Stok gas elpiji 3 di SPBU Lempuyangan Yogyakarta habis 

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai kenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg dan Bright Gas 5,5 kg, menambah beban pelaku UMKM di sektor makanan serta minuman.

Anggota Dewan Pertimbangan Apindo Nina Nursinah mengatakan, saat ini pelaku UMKM sedang berusaha bangkit setelah dua tahun tertekan pandemi Covid-19.

"Mereka lagi berusaha bagaimana bisa bangkit lagi. Kenaikan harga elpiji ini momentumnya kurang pas, seberapa pun kenaikan itu jadi beban UMKM di sektor makanan dan minuman," ucap Nina.

Ia menjelaskan, berbicara sektor makanan dan minuman tidak hanya satu maupun dua komponen saja, tetapi banyak komponen seperti sejumlah bahan baku yang saat ini harganya melonjak.

"Sekarang minyak goreng naik, bumbu-bumbu semua naik ditambah harga gas yang naik. Sehingga sektor makanan dan minuman ini perlu dukungan banget dari pemerintah," katanya.

Adapun dukungan tersebut, kata Nina, bisa berupa subsidi terkait harga-harga bahan baku yang dibutuhkan sektor makanan dan minuman agar mereka tetap bisa bertahan.

"Pemerintah harus memberikan subsidi atau bantuan lain agar mereka bebannya berkurang. Kasian mereka modalnya sudah habis tertekan pandemi kemarin," tutur Nina.

Dikritik anggota DPR

PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV secara normal tetap mendistribusikan BBM dan LPG.
PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV secara normal tetap mendistribusikan BBM dan LPG. ()

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mengatakan ia tidak setuju dengan kenaikan harga BBM dan elpiji nonsubsidi di tengah naiknya harga barang-barang pokok di masyarakat.

"Ini dapat meningkatkan inflasi. Sementara daya beli masyarakat belum pulih benar dari hantaman Covid-19, tentu hal ini akan memberatkan mereka," ucap Mulyanto.

Politikus PKS ini memahami tekanan atas APBN dan keuangan Pertamina atas kenaikan harga minyak dan gas (migas) dunia pada saat ini, tetapi besaran kenaikan harga BBM maupun dan elpiji nonsubsidi harus mempertimbangkan daya beli masyarakat.

"Untuk usaha mikro dan kecil, tetap harus terbuka aksesibilitasnya untuk mendapatkan BBM dan LPG subsidi. Ini harus dijamin pemerintah," ucapnya.

Terpisah, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan migrasi dari gas elpiji 12 kg ke gas elpiji 3kg alias gas melon.

“Kita tetap mengimbau agar pengguna Elpiji Nonsubsidi tidak berpindah ke Elpiji subsidi,” kata Irto.

Melihat cukup rentannya masyarakat beralih ke elpiji ukuran 3 kg, Irto mengatakan ada wacana untuk meregulasi aturan pembelian gas dengan aplikasi MyPertamina.

Saat ini pihaknya tengah dalam pengembangan sistem untuk aplikasi MyPertamina.

“Masih pengembangan sistem ya. Tentunya ini perlu dikoordinasikan juga dengan stakeholder terkait,” tegas Irto.(Tribun Network/nis/sen/kps/wly)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved