Berita Sleman Hari Ini
Cerita Peternak di Ngemplak Sleman di Masa Wabah PMK, Sedih Sapinya Tidak Mau Makan
Peternak adalah orang paling dirugikan ketika wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tidak pernah terbesit di benak Slamet (72) bahwa tiga sapi kesayangannya harus terpapar penyakit yang begitu cepat menular, Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ).
Padahal, saat itu, satu bulan lagi, ia bisa menjual tiga sapi miliknya untuk dikurbankan saat Iduladha yang jatuh pada 9 Juli 2022 nanti.
Walhasil, kini ia merugi dan harus menyembuhkan tiga sapinya dulu agar bisa berjuang hidup melawan virus yang menjangkiti tubuh.
“Setelah kena PMK ini, sapi-sapi saya tidak mau makan. Jadi, saya harus telaten dan sabar untuk menanganinya. Kalau tidak doyan makan, daging mereka langsung berkurang banyak sekali,” kata Slamet saat ditemui di sela-sela kegiatan pengecekan ternak terpapar PMK oleh tim Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) di Ngemplak, Sleman, Rabu (22/6/2022).
Baca juga: 3 Sapi yang Terpapar PMK Milik Pedagang di Kulon Progo Diisolasi di Kawasan Laguna Pantai Glagah
Sapi-sapi itu bukan hanya alat transaksi saja, tapi juga bagian dari anggota keluarga Slamet.
Tak ayal, ketika pertama kali ada tanda-tanda PMK , pria asal Dusun Krebet, Ngemplak, Sleman itu panik dan sedih.
Selama tujuh dekade ia hidup, memiliki sapi adalah suatu kewajiban turun temurun dari keluarga.
Ia benar-benar tidak ingin, hanya karena PMK , dia harus kehilangan tiga sapi.
Beruntung, tim dokter hewan dari Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Ngemplak, Sleman, begitu cepat bertindak, hingga akhirnya kondisi tiga sapi milik dia bisa selamat.
“Saya itu awalnya belum tahu kalau tiga sapi saya kena PMK . Saat itu, gejalanya meler saja. Pergilah saya ke Puskeswan dan ditanya ada apa pak? Saya laporkan, sapi saya kog keluar liur banyak. Mereka pun langsung mendatangi tempat saya,” tambah Slamet.
Gerak cepat itu membuahkan hasil.
Setidaknya, tiga sapi Slamet benar-benar selamat dari jurang kematian akibat PMK .
“Sudah mau makan, sekarang. Saya dibantu Puskeswan Ngemplak sama saya telateni pakai empon-empon agar muncul imunitas. Hampir sembuh, tapi belum bisa kejual semua,” kata Slamet lirih.
Ramuan empon-empon itu dia bikin sendiri. Setiap hari ia suguhkan untuk para sapi.
Rumput, growol, dedah, kolonjono, pun dia sediakan agar keadaan bisa kembali sedia kala.
Agar tambah vitamin C, Slamet memeraskan jeruk lemon dan diminumkan ke sapi.
“Tidak mahal lah, demi ternak biar sehat,” tambahnya.
Baca juga: Usulan FKH UGM untuk Penanggulangan PMK : Karantina hingga Penutupan Pasar Hewan
Peternak Paling Dirugikan
Sapi Slamet yang selamat setelah terkena PMK adalah salah satu cerita pedih, bahwa peternak adalah orang paling dirugikan ketika wabah itu menyerang.
Tiga sapi milik Slamet itu juga hanya sebagian kecil ternak terpapar dari jumlah yang ada di Kandang Kelompok Ternak Mulya Sari, Dusun Krebet, Ngemplak, Sleman.
“Di sini itu ada 50 sapi sebenarnya. Kalau tidak ada PMK, bisa laku semua saat Iduladha nanti. Cuma, karena kahanan begini ya hanya laku 15-20 ekor saja,” jelas Agus Triono, Ketua Kelompok Ternak Mulya Sari.
PMK mewabah di kandang kelompoknya sudah sejak akhir Mei 2022.
Awal kejadian, hanya ada tiga sapi yang terpapar PMK .
Akan tetapi, tiga hari kemudian, ada lebih banyak sapi yang terjangkit, menyebabkan penanganan PMK harus ekstra.
“Kami tidak tega kalau harus lockdown kandang, namanya juga orang desa. Sekarang yang penting, sapi-sapi disini dipulihkan dulu. Ini sudah mulai sehat,” tambahnya. ( Tribunjogja.com )