Penataan Fasad Malioboro Baru Menuju Warisan Budaya Dunia
Penataan bagian fasad bangunan di kawasan itu perlahan-lahan akan dikembalikan ke bentuk tempo dulu.
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Malioboro sebagai bagian dari kawasan Sumbu Filosofi terus berbenah.
Penataan bagian fasad bangunan di kawasan itu perlahan-lahan akan dikembalikan ke bentuk tempo dulu.
Keberadaan fasad bangunan akan lebih ditunjukkan dengan warna yang dominan ke putih tulang.
Pembenahan di kawasan Malioboro tentu tidak selesai pada relokasi pedagang kaki lima (PKL) saja.
Proses penataannya akan lebih komprehensif meliputi papan reklame pertokoan, warna cat bangunan, sarana dan prasarana pelengkap, serta sejumlah kabel dan saluran air yang ada di kawasan itu.
Setelah PKL direkokasi ke tempat baru, wajah Malioboro memang terlihat lebih lengang.
Apalagi bagian fasad bangunan yang kini agak sedikit lebih terlihat di sepanjang jantung Kota Jogja itu.
Proses penataan reklame pun dalam waktu dekat akan dilakukan agar fasad bangunan Malioboro baru bisa terwujud.
"Fasadnya kan masih tertutup reklame dan masih belum kelihatan sepenuhnya. Kedepan akan dikembalikan fasad aslinya yang tertutup dengan papan nama dan plang iklan sehingga fasad aslinya akan kelihatan," kata Kepala Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis (BPKSF) Dinas Kebudayaan DIY, Dwi Agung Hernanto, Jumat (17/6/2022).
Menurut Agung, pengembalian fasad bangunan Malioboro seperti tempo dulu menjadi penting dalam pengajuan kawasan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia.
"Dulu memang ada papan nama, tapi kan lebih kecil dan tidak terlalu menganggu fasad bangunan. Intinya adalah bagaimana fasad Malioboro lebih kelihatan," katanya.
Dalam proses penataan fasad bangunan Malioboro itu, pihaknya telah merancang bentuk dan konsepnya untuk kemudian dilakukan penataan.
Pemilik toko di kawasan Malioboro juga dilibatkan dan berhak mengetahui proses tersebut. Jika disetujui proses penataan baru dilaksanakan.
"Memang masih proses dan tahun ini baru lima bangunan yang ditata karena dana terbatas dan sebagian juga ada yang ditata mandiri di beberapa toko. Lima toko itu pengecatan dan disesuaikan dengan perencanaan yang disetujui oleh pemilik," jelasnya.
Agung menyampaikan bahwa, secara filosofis Malioboro merupakan salah satu bagian dalam tahapan hidup manusia yang kerap dilewati dalam perjalanan dari lahir menuju kematian.
Malioboro sebagai bagian dari kawasan Sumbu Filosofi yang terbentang dari Panggung Krapyak-Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat-Tugu Pal Putih, di dalamnya terdapat Kepatihan sebagai representasi kekuasaan dan Pasar Beringharjo sebagai perwujudan keduniawian.
"Malioboro kan punya eksistensinya sendiri, dari perjalanan Sangkan Paraning Dumadi itu. Dari Margo Utomo, Malioboro kemudian Margo Mulyo, Pangurakan dan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang jadi proses perjalanan manusia menuju sang khalik. Malioboro sendiri kan dalam proses menuju tadi ada beberapa godaan di sana termasuk jabatan di Kepatihan kemudian harta benda di Pasar Beringharjo dan seterusnya," urai dia.
Penataan dan Sosialisasi Dikebut
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menyebut, pihaknya diberi waktu oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di rentang Juni sampai dengan September ini untuk menyiapkan kawasan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia.
Untuk itu, berbagai program saat ini tengah dikebut guna memaksimalkan proses pengajuan.
"Untuk UNESCO, kami diberi waktu Juni sampai September sehingga banyak hal yang mesti kami kebut minimal masyarakat harus tahu bahwa areanya maju sebagai warisan budaya dunia kemudian tahu apa sih yang disyaratkan atau menjadi nominasi itu seperti apa substansinya," kata Dian.
Selain penataan kawasan Malioboro berikut fasad bangunannya, Dinas Kebudayaan DIY melalui BPKSF juga tengah menggencarkan sosialisasi mengenai makna Sumbu Filosofi di Jogja.
"Ini yang sedang on target dan progres teman-teman juga sedang turun semua, lebih kepada bagaimana warisan dunia ini mampu memberikan manfaat kepada masyarakat," ungkapnya.
Koordinator Paguyuban Pengusaha Malioboro dan Ahmad Yani Yogyakarta (PPMAY), Karyanto Purbo Husodo mengatakan, pihaknya siap berkolaborasi dengan pemerintah dalam melakukan penataan fasad bangunan di kawasan Malioboro.
Pemilik toko sebagian besar telah melakukan pengecatan secara mandiri dengan warna putih tulang di toko masing-masing.
"Kami siap dilibatkan dan berkolaborasi dengan pemerintah. Memang masih proses penataan fasad dan pengecatan bangunan oleh teman-teman anggota. Semoga Malioboro semakin ramai dikunjungi setelah penataan selesai," ucap Karyanto. (*)
