Kejuaraan Voli di DIY Masih Minim, Tim Perlu Ajang Pembuktian

Pelatih Yuso Yogyakarta, Darto menyoroti soal pembinaan pemain bola voli di DI Yogyakarta. Menurutnya ada dua poin penting yang saat ini harus

Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Taufiq Syarifudin
Yuso Kota Yogyakarta saat ini mencari calon pemain di Bantul tempo hari. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pelatih Yuso Yogyakarta, Darto menyoroti soal pembinaan pemain bola voli di DI Yogyakarta. Menurutnya ada dua poin penting yang saat ini harus diperhatikan federasi, yakni PBVSI DIY.

"Pertama aturan untuk di luar event resmi diperlonggar atau jangan terlalu banyak. Kedua event resmi kejuaraan bola voli di DIY ini masih minim," sebut Darto saat berbincang dengan Tribun Jogja, Selasa (14/6/2022). 

Darto menjelaskan, imbas dari kurangnya kejuaraan di DIY menyebabkan tim yang membina pemain semakin berkurang.

Baca juga: Pemkot Yogyakarta Tegaskan Iklim Investasi di Daerahnya Tetap Kondusif dan Tak Terdampak OTT KPK

"Sekarang sajatim voli dari Kota Yogyakarta yang bertahan cuma dua. Mungkin kalau Sleman dan Bantul masih lebih dari itu, tapi tim juga kompetisi untuk mengukur hasil latihan, biar pemain juga berkembang," kata Darto.

"Kalau tidak ada kejuaraan, mau latihan juga untuk apa?" sautnya.

Darto menegaskan, minimal kejuaraan resmi yang digelar di suatu daerah sebanyak enam kali dalam setahun.

"Kejuaraannya juga dibungkus dengan baik, di GOR yang memang layak untuk sebuah kompetisi resmi seperti di GOR Among Rogo waktu Kejurda Voli Junior DIY 2022 kemarin," bebernya.

Selain itu, guna dari kompetisi juga sebetulnya dapat menjadi ajang klub merekrut pemain, atau bagi Timnas Indonesia sebagai pemindaian sebelum dimasukkan ke pelatnas untuk kejuaraan internasional.

Dengan sepinya kejuaraan di DIY membuat tim kesulitan mencari pendanaan entah dari sponsor atau donatur.

"Tanpa kompetisi yang rutin, klub klub kecil di DIY belum tentu kelihatan bibitnya. Semisal kita tidak akan pernah tahu kalau ada pemain potensial di pinggiran Kabupaten Bantul atau Kulonprogo, karena pemain itu tidak terekspos kemampuannya," jelas Darto. 

Sementara itu aturan diperlonggar yang dimaksud Darto ialah syarat Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemain untukmengikuti kejuaraan tidak resmi atau tarkam.

"Saya rasa tidak perlu terlalu ketat, justru ketika ada pemain dari luar DIY punya kemampuan bermain bagus, ia bisa kita rekrut untuk bermain di sini," cetusnya.

Dengan kata lain pembinaan voli di DIY masih perlu banyak pembenahan. Hal ini seturut dengan prestasi voli indoor DIY yang gagal tembus PON XX Papua 2021 lalu.

Belum lagi saat ini tidak ada pemain voli indoor dari DIY yang mengisi kuota di skuad Timnas Indonesia. Padahal sekitar dua periode lalu, DIY menjadi salah satu daerah yang getol mengirimkan pemainnya untuk Timnas Indonesia.

Perlu diketahui, selama ini Yuso Kota Yogyakarta mendidik pemain-pemainnya dengan serius. Tidak hanya urusan di lapangan, tapi juga di luar lapangan.

Baca juga: Menteri BUMN Erick Thohir Dorong Perempuan Bantul Mandiri dan Berdaya

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved