Terus Bertambah, Kini Ada 180 Sapi di Gunungkidul Menjadi Suspek PMK
ternak di Gunungkidul yang menjadi Suspek Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ) masih terus bertambah. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) setempat
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - ternak di Gunungkidul yang menjadi Suspek Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ) masih terus bertambah.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) setempat hingga kini terus melakukan pemantauan dan upaya pencegahan.
Kepala DPKH Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan sampai kini angka suspek PMK hampir mendekati 200 ternak.
Baca juga: Tak Ada Razia Prokes, Satpol PP DIY Alihkan Personel Berjaga di Sumbu Filosofis
"Saat ini sudah sebanyak 180 ternak yang menjadi Suspek PMK ," kata Wibawanti, Jumat (10/06/2022).
Ia mengatakan seluruh ternak tersebut merupakan jenis sapi.
Meski demikian, ternak yang dinyatakan positif Covid-19 masih belum bertambah, yaitu tetap sebanyak 22 kasus.
Wibawanti mengakui laju penularan PMK pada ternak di Gunungkidul tergolong cepat.
Pihaknya pun sedikit kesulitan untuk bisa menekan penularan tersebut.
"Apalagi virus dari penyakit ini bisa menular lewat udara, sehingga agak sulit ditekan penyebarannya," paparnya.
Lantaran potensi yang besar itulah, Wibawanti mengatakan pasar hewan di seluruh Gunungkidul terpaksa ditutup sementara.
Sebab ada potensi penularan dari pasar ke ternak di rumah warga jika pasar tetap dibuka.
Pihaknya hingga kini masih menunggu kedatangan vaksin dari Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai upaya pencegahan.
Sejauh ini pihaknya mengandalkan persediaan obat-obatan yang ada.
"Kami juga tengah mengajukan permohonan anggaran untuk pengadaan obat-obatan," ungkap Wibawanti.
Baca juga: Seluas 10 Hektare Lahan Cabai di Sleman Terserang Hama Patek
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengakui tidak ada anggaran khusus untuk penanganan PMK. Pasalnya, kasus ini muncul secara tidak terduga.
Terkait stok obat, ia memastikan masih mencukupi sembari menunggu stok vaksin datang. Namun ia tak menampik jika dibutuhkan persediaan yang lebih banyak.
"Sebab persediaan obat mencukupi untuk 500 ekor ternak, kalau ada lonjakan tentu butuh tambahan stok," jelas Retno. (alx)