Seluas 10 Hektare Lahan Cabai di Sleman Terserang Hama Patek
Dari luas lahan hampir 200 hektare tanaman cabai di Sleman , 10 hektare di antaranya terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Harga cabai rawit merah di sejumlah Pasar Tradisional di Bumi Sembada melambung tinggi.
Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman menyebut, meroketnya harga komoditas cabai ini dipengaruhi oleh kurangnya pasokan cabai ditingkat petani karena serangan Hama Patek di sejumlah wilayah tak terkecuali di Sleman .
Dari luas lahan hampir 200 hektare tanaman cabai di Sleman , 10 hektare di antaranya terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum.
Baca juga: Cerita Warga Soal Lahan Apartemen Royal Kedhaton Objek Suap Penerbitan IMB yang Seret Eks Wali Kota
"Dari luas lahan cabai di Sleman hampir 200 hektare saat ini utamanya di Pakem dan Ngaglik. Kira-kira yang kena Hama Patek sekitar 10 hektare. Tapi spot-spot saja sehingga tetap bisa ditangani," kata Plt Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Ir Suparmono, Jumat (10/6/2022).
Penyakit patek pada tanaman cabai bisa menyerang hampir seluruh tanaman. Mulai dari ranting, daun, cabang hingga buah. Gejala yang ditimbulkan adalah bercak melingkar berwarna coklat.
Menurut Suparmono, tanaman cabai yang terserang hama patek masih bisa panen. Meksipun, kuantitas maupun kualitas buah rendah.
Ia mencontohkan, jika tanaman cabai normal dalam satu hektare bisa menghasilkan 6-7 ton maka luasan lahan yang sama untuk tanaman yang kena patek cuma bisa menghasilkan 4 ton.
Karenanya, dengan harga yang saat ini sedang melambung tinggi, Ia menilai para petani masih bisa meraup untung.
Apalagi, buah cabai yang terserang patek juga masih bisa dijual. Walau harganya lebih murah di kisaran Rp 10-15 ribu perkilogram.
"BEP (Break Even Point) cabai di Sleman sekitar Rp 12.500, sehingga jika dijual dengan harga Rp 15 ribu (per kilo) masih di atas BEP," kata Suparmono.
Lebih lanjut, Mantan Panewu Cangkringan ini mengatakan, pelbagai upaya terus dilakukan untuk menanggulangi penyakit Patek di tanaman cabai petani.
Satu di antaranya dengan rutin menggelar bimbingan teknis (Bimtek) di sejumlah tempat. Kemudian, bersama Balai Proteksi Tanaman Pertanian DIY dan Regu pengendali tanaman dan masyarakat melakukan Gerakan pengendalian cabai.
Baca juga: Bupati Halim Fasilitasi Siswa Bantul Yang Dilarang Ikut Ujian Hanya Karena Menunggak Uang Sekolah
Di samping itu, menggandeng pasar lelang cabai di 14 titik kumpul.
"Mereka kita dorong secara mandiri, melakukan semacam kursus anggotanya. Ada bagian keuntungan yang sebagian di manfaatkan untuk pelatihan. Jika harga tidak bagus bisa mengurangi kerugian petani," kata dia.
Diketahui, harga cabai rawit merah di pasar di Kabupaten Sleman terus merangkak naik.