SIAP-siap Menggigil! Suhu Dingin dari Fenomena Bediding Mulai Terjadi di Yogyakarta

Seperti diketahui, udara di sejumlah daerah di DI Yogyakarta, beberapa hari belakangan ini terasa dingin.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Setelah sebelumnya panas dan gerah, warga Yogyakarta harus bersiap menggigil di malam dan pagi hari.

Seperti diketahui, udara di sejumlah daerah di DI Yogyakarta, beberapa hari belakangan ini terasa dingin.

Air yang keluar dari keran bahkan mampu membuat tubuh menjadi kedinginan alias menggigil.

Fenomena udara dingin tersebut dinilai sebagai kondisi menandai memasuki musim kemarau di beberapa wilayah di Indonesia.

Pakar Iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Emilya Nurjani MSi mengatakan hawa dingin yang biasa disebut sebagai bediding.

Pakar Iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Emilya Nurjani MSi mengatakan hawa dingin yang biasa disebut sebagai bediding.
Pakar Iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Emilya Nurjani MSi mengatakan hawa dingin yang biasa disebut sebagai bediding. (UGM.ac.id)

Dalam istilah Jawa, bediding merupakan fenomena suhu udara yang lebih dingin setelah tengah malam hingga pagi hari ketika memasuki musim kemarau.

“Fenomena ini memang sepertinya menandai masuknya musim kemarau di suatu wilayah," ujarnya, Selasa (31/5/2022).

Baginya, fenomena semacam ini sebagai fenomena alam iklim yang biasa terjadi pada saat musim kemarau.

Terutama untuk wilayah-wilayah yang mempunyai pola hujan monsunal yaitu wilayah yang puncak hujannya sekitar Desember-Februari dan mengalami musim kemarau sekitar bulan Agustus-September.

“Wilayah hujan monsunal meliputi Lampung, Sumatera, Selatan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara," katanya.

Ia menjelaskan fenomena ini terjadi di musim kemarau, pada saat kondisi langit cerah tanpa awan atau tanpa sedikit awan.

Akibatnya radiasi matahari yang diterima bumi besar sehingga suhu di siang hari meningkat atau lebih panas.

Kondisi langit cerah ini juga menyebabkan pelepasan radiasi bumi pada malam hari juga menjadi lebih besar dan banyak karena tidak ada awan yang menghalangi. 

Kondisi inipun menyebabkan suhu berkurang karena pelepasan panas atau hilangnya panas akibat pelepasan radiasi bumi sehingga pada malam hingga pagi suhu menjadi lebih dingin.

“Fenomena ini akan terjadi pada saat musim kemarau dan mencapai puncaknya pada saat puncak musim kemarau," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved