Keluhan Warga Terkait Masalah TPST Piyungan, Berharap Sleman Segera Bangun TPA
Andri Prasetio, warga Triharjo, Sleman setiap bulan berlangganan layanan penjemputan sampah. Setiap bulan, dia harus membayar Rp 35 ribu untuk
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Andri Prasetio, warga Triharjo, Sleman setiap bulan berlangganan layanan penjemputan sampah.
Setiap bulan, dia harus membayar Rp 35 ribu untuk penanganan sampah di rumahnya.
Biasanya, sampah yang sudah terkumpul, akan diambil tiga kali dalam seminggu.
Yaitu, hari Senin, Rabu dan Jumat. Tetapi sejak beberapa hari terakhir, layanan yang biasa mengambil sampah itu tidak berjalan karena terimbas penutupan TPST Piyungan .
"Akibatnya, sampah sekarang numpuk di tempat pembuangan," kata Andri, Rabu (11/5/2022).
Baca juga: DLH Sleman Minta Warga Pilah Sampah Sebelum Dibuang
Kondisi ini membuatnya merasa terganggu, karena bau yang tidak sedap. Untuk mengurangi bau, Ia biasanya membuang sampah dalam kondisi sudah terpilah, sampah kering dan basah.
Masing-masing sampah tersebut dimasukkan dalam plastik kemudian diikat. Selanjutnya, dibuang ke tong yang disediakan di depan rumah lalu ditutup.
Andri mengatakan, dirinya kesulitan jika harus mengolah sampah secara mandiri. Sebab, rumahnya tidak memiliki cukup lahan untuk membuat jugangan.
Karenanya, Ia memilih berlangganan layanan penjemputan sampah tiap bulan. Di saat normal, sebelum ada penutupan TPST Piyungan, sampah tersebut akan diambil oleh layanan penjemputan sampah. Tetapi, beberapa hari terakhir tidak diambil. Sampah pun menumpuk.
Dengan problem permasalahan sampah seperti ini, menurut dia, Sleman sudah menuju darurat sampah.
Karenanya, Ia berharap Pemerintah Kabupaten Sleman bisa mencari jalan keluar permasalahan sampah. Satu di antaranya dengan membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
"Sleman itu kabupaten besar di DIY, masak gak punya TPA. Sleman saya kira masih banyak wilayah yang luas dan bisa digunakan untuk TPA. Tinggal bagaimana Pemerintahnya harus memastikan agar lokasi yang akan digunakan untuk TPA tidak terjadi konflik di masyarakat. Mungkin bisa disiasati dengan tidak menggunakan jalan kampung, tapi membuat jalan sendiri menuju ke pembuangan sampah sehingga warga tidak terganggu dengan kendaraan yang menuju TPA," kata dia.
Baca juga: Pengakuan Sopir Truk Kontainer yang Menabrak Rumah di Jalur Pantura Tegal
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Ephiphana Kristiyani mengatakan, timbunan sampah di Sleman per hari mencapai 700 ton.
Dari jumlah tersebut, hanya 300 ton yang bisa diolah. Sisanya dibuang ke TPST Piyungan.
Oleh sebab itu, Ia meminta kepada masyarakat, di tengah menumpuknya sampah akibat TPST Piyungan ditutup, bisa ikut berpartisipasi dengan mengurangi dan memilah sampah sebelum dibuang.