Dampak Limbah Air Sampah di TPA Piyungan, Saluran Irigasi Berwarna Hitam Pekat dan Berbau Menyengat

TPA Piyungan disebut telah banyak merugikan warga sekitar, terutama dengan limbah air sampah atau lindi yang keluar dari TPA Piyungan

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Santo Ari
Warga menunjukkan air dari saluran irigasi yang tercemar limbah sampah dari TPA Piyungan, Senin (9/5/2022) 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Warga Banyakan Kabupaten Bantul menggelar aksi penutupan akses jalan menuju TPA Regional Piyungan.

Warga marah dan memprotes TPA Piyungan yang telah banyak merugikan warga sekitar, terutama dengan limbah air sampah atau lindi yang keluar dari TPA Piyungan.

Terlebih jika lahan baru TPA Piyungan mulai dibuka, maka tumpukan sampah akan semakin dekat dengan pemukiman dan sawah warga.

Hasil penelusuran wartawan Tribun Jogja, saluran irigasi di persawahan Dusun Banyakan 3, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan yang hanya berjarak kurang dari 1KM dari TPA Piyungan memang berwarna hitam pekat.

Selain itu bau tak sedap juga menusuk hidung di area tersebut.

Seorang warga Padukuhan Banyakan yang berprofesi sebagai petani, Paimo (57), memaparkan kondisi air yang tercemar ini setidaknya sudah berlangsung sejak berdirinya TPA Piyungan.

Tak hanya karena tercemar lindi, saat hujan mengakibatkan aliran sungai meluap dan sampah-sampah yang terseret air akan tumpah ke lahan-lahan pertanian warga.

Dengan air yang tercemar dan sampah yang meluber ke lahan, maka tanaman padi milik petani akan mati.

"Ini air limbah, padahal ini tidak bisa bening, kaya gini terus, dari sampah TPA Piyungan. Sudah 28 tahun. Warna selalu hitam. Kalau banjir ini naik ke sawah-sawah semua sampah itu," ujarnya, Senin (9/5/2022).

Dengan kondisi ini, sebanyak 15 hektar tanaman padi di dusun Banyakan 3 terancam gagal panen saat musim hujan tiba.

Selain pertanian, kesehatan warga pun akan terganggu, apalagi disebutnya limbah sampah juga mencemari air tanah.

"Warga tidak berani minum air dari sumur, sudah tercemar," ucapnya.

Menurut Paimo, sejauh ini belum ada langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk menangani limbah yang mencemari sungai ini.

Padahal menurutnya warga sudah sangat dirugikan dengan adanya limbah air sampah ini, tanaman akan kering lantas mati seketika jika terpapar limbah ini.

"Mati, tanaman langsung mati. Harapannya ditutup total ini TPA itu, soalnya mencemari lingkungan," tegasnya. (*)  

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved