Kisah Inspiratif

Mengenal Sri Hartini, Wanita Penggawa Hutan Adat Wonosadi Gunungkidul

Jabatan tersebut ia pegang setelah ayahnya yang merupakan perintis awal Ketua Penjaga Hutan Adat Wonosadi mangkat pada 2011 silam.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Alexander Ermando
Sri Hartini, Ketua Penjaga Hutan Adat Wonosadi di Kapanewon Ngawen, Gunungkidul. 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Tak pernah terpikir sebelumnya oleh Sri Hartini (53) untuk menjadi Ketua Penjaga Hutan Adat Wonosadi di Kapanewon Ngawen, Gunungkidul .

Namun kini, belasan tahun sudah ia mengemban tugas mulia tersebut.

Sri menuturkan, "jabatan" tersebut ia pegang setelah ayahnya, almarhum Sudiyo, yang mangkat pada 2011 silam.

Beliau lah perintis awal sebagai Ketua Penjaga Hutan Adat Wonosadi .

"Awalnya saya ragu, apakah bisa saya menggantikan Bapak. Tapi beliau sendiri yang meminta saya sebelum meninggal," kata warga asli Pedukuhan Duren, Kalurahan Beji, Ngawen, di mana Hutan Wonosadi berada, pada Rabu (20/04/2022).

Ibu 2 anak ini bahkan sempat menolak tawaran tersebut ketika diminta oleh lurah setempat.

Baca juga: Kisah Pilu, Remaja Menangis di Samping Jenazah Ayahnya di Gubuk Reot

Namun akhirnya, ia menyanggupi permintaan tersebut setelah berbagai pertimbangan.

Pertimbangan terkuat keputusan tersebut adalah permintaan ayahnya sendiri.

Sri bahkan menyebut ayahnya sudah membimbing sejak jauh hari, memberinya ilmu hingga seluk-beluk terkait hutan adat tersebut.

Wanita kelahiran 13 Agustus 1968 ini mengaku sudah tidak asing dengan Hutan Wonosadi.

Pasalnya, sejak kecil ia terbiasa menemani ayahnya mengelilingi hutan yang memiliki luas sekitar 25 hektare (ha) itu.

"Mungkin dari situ Bapak merasa saya cocok menggantikannya sebagai Penjaga Hutan Adat Wonosadi," kata anak ketiga dari 4 bersaudara tersebut.

Namun, tantangan Sri sebagai pengganti ayahnya tak berhenti. Sebab ia sempat menjadi satu-satunya wanita dalam kelompok Jagawana Ngudi Lestari Wonosadi.

Total ada 25 orang dalam kelompok ini, mayoritas pria dan sepuh usianya.

 Tapi mantan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini tetap tegar, ia bahkan mampu menarik anggota-anggota baru ke kelompok.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved