Berita Kriminal Hari Ini
Sejak Awal Tahun 2022, Polres Bantul Telah Amankan 104 Remaja yang Terlibat Kejahatan Jalanan
Kapolres Bantul AKBP Ihsan mencatat dari Januari hingga April 2022 terdapat 19 kasus kejahatan jalanan dan rata-rata dilakukan oleh para pelajar.
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kapolres Bantul AKBP Ihsan mencatat dari Januari hingga April 2022 terdapat 19 kasus kejahatan jalanan dan rata-rata dilakukan oleh para pelajar.
Ihsan menyatakan bahwa sebenarnya jumlah kasus tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kasus pencurian yang mencapai 80 kasus dan kasus penipuan penggelapan yang mencapai 70 kasus.
"Sebenarnya kejahatan jalanan tidak banyak. 19 kasus itu terjadi paling banyak bulan Maret dan juga di bulan April saat puasa. Meski ada 19 kasus, tapi yang diamankan banyak, ada 104 yang diamankan dalam 4 bulan terakhir dengan korban sebanyak 7 orang," ujarnya saat Sosialisasi SE Bersama tentang Gerakan Terpadu Penanggulangan Kejahatan Jalanan, Senin (18/4/2022).
Baca juga: Sebanyak 92 CPNS Rekrutmen Tahun 2021 Terima SK Bupati Gunungkidul
Namun demikian, tidak semua anak yang diamankan akan diproses hukum.
Hanya mereka yang kedapatan membawa senjata tajam atau yang melakukan tindakan melawan hukum seperti penganiayaan dan pengeroyokan yang akan dihukum sesuai perundangan.
Kapolres menguraikan jika dikelompokan berdasarkan usia, pelajar dengan usia 14-16 tahun yang diamankan sebanyak 22 orang, bahkan ada beberapa pelajar yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP.
Kemudian usia 17-19 tahun sebanyak 77 orang dan usia 20 tahun sebanyak 5 orang.
Jika dipresentasikan, pelajar yang diamankan 21,2 persen adalah pelajar SMP dan sederajat, 74 persen pelajar SMA/SMK dan sederajat dan sebanyak 4,8 persen diluar pelajar.
Kemudian, waktu kejadian paling banyak saat dini hari dari pukul 01.00-03.00 dan kasus terbanyak pada hari minggu dan ada juga yang terjadi di tanggal merah.
"Ringroad akan menjadi tempat pertempuran mereka, mereka akan mengendarai sepeda motor, jadi ada jokinya dan ada fighter," terangnya.
Sementara modusnya, para pelajar ini saling tantang antar kelompok lewat media sosial WA, misalnya saling tantang untuk perang sarung. Mereka akan diawali dengn nongkrong di basecamp kemudian konvoi menggunakan sepeda motor untuk memprovokasi kelompok lain.
"Setelah kumpul di basecamp mereka akan konvoi dengan provokasi menggunakan knalpot blombongan dan kata-kata kasar," ujarnya.
Dengan fakta tersebut, ia pun meminta orang tua dan sekolah untuk mengawasi anak-anak mereka yang telah mengganti knalpot motor dengan blombongan.
"Hati-hati kalau anaknya mengganti knalpot blombongan, ada indikasi mereka masuk ke geng sekolah. Rata-rata yang kita amankan adalah jenis motor matic dengan knalpot blombongan dan KLX. Kalau matic mereka akan mudah bermanuver dan KLX dengan knalpot blombongan akan lebih kencang suaranya," terangnya.
Ia pun berharap agar orang tua dapat lebih tegas dalam memantau aktivitas anak-anak termasuk membatasi anak-anak ketika akan pergi menggunakan sepeda motor saat malam hari.
"Motor digembok, kunci disimpan atau disembunyikan, selesai. Karena tidak ada kejahatan jalanan yang dilakukan sambil jalan (kaki). Gampang sebenarnya, simpel," tandasnya.