Berita Bantul Hari Ini
Peci Rajut Buatan Warga Bedukan Pleret Bantul Laris Hingga ke Mancanegara
Selama bulan Ramadan perajin peci rajut di padukuhan Bedukan RT 05, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul kebanjiran pesanan.
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
Sedangkan untuk model Bargus bisa 7-8 buah per hari.
Untuk bahan baku, Husni menyebut menggunakan kain strimin impor dari Jepang.
Selanjutnya benang nylon, pitrit, hingga tempurung kelapa yang dipasang sebagai hiasan di atas peci rajut aceh.
Untuk pemasarannya, Peci Al-Husna sudah merambah ke berbagai daerah, dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri hingga ke Jawa Tengah, luar Jawa seperti Sumatra dan Kalimantan hingga luar negeri.
Sedangkan untuk penjualan, Husni masih mengandalkan secara online dan offline dengan memanfaatkan jaringan pondok pesantren.
Baca juga: Polres Magelang Terjunkan 660 Personil untuk Amankan Ibadah Paskah di Gereja
"Untuk peminatnya sudah dari mana-mana, contoh peci rajut Aceh paling laris di Jawa Tengah, ada juga yang dari Jambi, kalimantan hingga Thailand. Soalnya yang model seperti ini kalau masuk Sumatera dan Kalimantan, satu peci rajut bisa dijual oleh reseller Rp 80 sampai Rp 90 ribu," ungkapnya.
Adapun Husni mematok harga bervariasi tergantung jenis pecinya. Untuk kopiah dihargai Rp 15 ribu, peci rajut lipat Rp 25-30 ribu.
Untuk peci Aceh Rp 35-40 ribu. Peci Taliban yang juga termasuk peci lipat harganya Rp 25-30 ribu.
"Peci Bargus Rp 60 ribu karena ini keluaran terbaru," ujarnya.
Terkait alasan tingginya permintaan peci rajut, Husni mengaku karena peci buatannya memiliki keistimewaan dibandingkan peci jenis lainnya. Selain dibuat tangan langsung, peci rajut tidak gerah saat dikenakan.
"Keistimewaan peci rajut ini bisa dicuci, kalau peci songkok kan dicuci bisa rusak. Jadi peci rajut bisa tahan awet," ungkapnya.
"Ada juga yang full ac jenis peci Bargus ini," ujarnya disambung tawa. (nto)