Berita Sleman Hari Ini
Jadi Menu Favorit Buka Puasa, Ini Makna Kolak di Masjid Pathok Negoro Plosokuning Sleman
Masjid Pathok Negoro Plosokuning, di Minomartani, Ngaglik, Kabupaten Sleman memiliki menu favorit untuk sajian berbuka puasa bagi jamaah
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Masjid Pathok Negoro Plosokuning, di Minomartani, Ngaglik, Kabupaten Sleman memiliki menu favorit untuk sajian berbuka puasa bagi jamaah, yaitu kolak.
Makanan dengan cita rasa gurih nan segar itu memiliki makna tersendiri.
Takmir Masjid Pathok Negoro Plosokuning, M Kamaluddin Purnomo menerangkan, kolak adalah lambang kegotongroyongan dalam rangka menuju sang kholiq (pencipta).
Baca juga: Sempat Dua Kali Tertunda, Universitas Widya Mataram Mantap Kuliah Luring Tahun Ajaran 2022/2023
Kolak sendiri padanan kata dari kholiq. Sajian kolak di Masjid Tua di Yogyakarta ini terbuat dari irisan pisang, degan, kolang-kaling, roti tawar, santan, pandan dan gula Jawa.
Menurut Kamal, sejumlah bahan tersebut jika dimakan sendiri-sendiri kurang enak.
Namun berbeda jika dicampur dan dimasak bersama.
"Menghasilkan makanan yang manis, gurih dan segar," terang dia, Senin (11/4/2022).
kolak menjadi menu andalan buka puasa. Di Masjid Pathok Negoro Plosokuning sendiri kolak di masak oleh Bapak-bapak menggunakan panci besar yang mampu menampung sekitar 100-an porsi.
Penyajiannya menggunakan mangkok. Jamaah yang datang beragam. Selain warga setempat, seringkali warga dari luar daerah juga ikut berdatangan.
"Ada banyak orang luar datang juga," katanya.
Pandemi Covid-19 yang berangsur melandai, angka kasus yang perlahan menurun menjadikan Ramadan di masjid yang menjadi cagar budaya ini lebih semarak.
Beragam tradisi telah dilaksanakan. Mulai dari pengajian sore jelang berbuka, salat tarawih, pengajian malam, tadarus Alquran, i'tikaf dan sahur bersama.
Baca juga: Ada 29 Kasus Sembuh dalam Sehari, Kasus Aktif Covid-19 di Gunungkidul Tersisa 78 Pasien
Selain itu, ada juga salawatan jawa dan badui. Semuanya dilakukan dengan mendepakan protokol kesehatan ketat.
Meksipun, kegiatan bisa dilakukan dengan aturan lebih longgar.
"Sekarang lebih banyak kegiatan. Karena Covid-19 juga menurun. Bahkan, kami juga sudah menggelar semaan Alquran Ahad Legi," ujar dia.
Kamal mengatakan, semaan Alquran Ahad legi bertajuk semaan Alquran Purbojati. Sebuah tradisi peninggalan dari Gusti Joyo.
Pesertanya dari pelbagai daerah dan berkumpul di Plosokuning. Diceritakan dia, di masa lampau, Gusti Joyo dan seorang tokoh dari Kediri, Jawa Timur kerap menjalankan semaan rutin Al-quran di Yogyakarta.
Makna tradisi ini, selain mendekatkan diri kepada Allah juga sebagai syiar Alquran. (rif)