Kapal Nelayan Asal Indonesia Terbalik di Perairan Australia, 3 Selamat, 9 Belum Diketahui Nasibnya

Sementara sembilan awak kapal lainnya hingga kini belum diketahui kondisinya.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
KUPANG SEARCH AND RESCUE via ABC INDONESIA
Perahu nelayan asal Indonesia yang tenggelam di perairan dekat Karang Ashmore, Australia. 

TRIBUNJOGJA.COM, CANBERRA - Insiden menimpa kapal nelayan asal Indonesia di perairan Australia, tepatnya di dekat Karang Ashmore, sekitar 630 kilometer dari Broome di Australia Barat.

Kapal nelayan tersebut terbalik diterjang ombak besar.

Kapal tersebut terbalik di dekat Karang Ashmore.

Tiga awak kapal berhasil diselamatkan oleh petugas penyelamat Australia.

Sementara sembilan awak kapal lainnya hingga kini belum diketahui kondisinya.

Penyelamatan tiga awak kapal tersebut dilakukan setelah Otoritas Keselamatan Maritim Australia meminta kapal berbendera Singapura untuk menuju ke lokasi pada Senin (21/3/2022).

Salah satu nelayan berhasil ditarik dari kapal yang tenggelam oleh petugas penyelamat PHI International, sebelum dibawa ke rumah sakit Regional Broome dalam kondisi kritis.

Damian Baxter adalah salah seorang kru penyelamat yang berbasis di Broome dan turut membantu penyelamatan pria tersebut.

"Kondisinya kritis sekali. Situasinya sangat tidak menentu selama masa dua setengah jam pasien tersebut berada di dalam kapal," katanya dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com.

Usaha penyelamatan terganggu badai tropis Tim penyelamat PHI International melakukan usaha penyelamatan di garis pantai utara Australia barat.

Baca juga: Pelaku Pembacokan Pelajar di Magelang Serahkan Diri ke Polres, Terancam Hukuman 10 Tahun

Gordon Watt, manajer perusahaan tersebut, mengatakan, usaha mereka menyelamatkan tiga nelayan asal Indonesia sangat kompleks.

"Para nelayan tersebut mungkin sudah berada di air hampir 48 jam," katanya.

"Mereka jelas kelelahan, kurang minum, dan menderita karena keadaan saat itu," sambungnya.

Damian mengatakan, awak tim penyelamat sempat merasa lega ketika nelayan yang berusia sekitar 50 tahun tersebut berhasil diangkat dari kapal pengangkut peti kemas.

"Kami lega bisa membawanya setelah berbagai rencana persiapan logistik yang kami lakukan," katanya.

Penyelamatan berlangsung di titik yang berjarak 180 kilometer arah barat dari Karang Ashmore di mana sedang terjadi Badai Tropis Charlotte yang melanda Samudra Hindia.

Hal tersebut mempersulit usaha penyelamatan yang melibatkan awak helikopter PHI, kapal pengangkut peti kemas asal Singapura dan pesawat yang diterbangkan dari Cairns.

"Lokasinya jauh sekali dari garis pantai, dan usaha penyelamatan itu harus dilakukan di malam hari yang melibatkan begitu banyak lembaga untuk saling berkoordinasi," kata Gordon.

Damian mengatakan, bahkan ketika nelayan tersebut bisa diselamatkan, awak kesehatan yang membantu usaha penyelamatan masih mengalami kesulitan menangani korban sepanjang perjalanan ke Broome.

"Kami beruntung memiliki awak yang berpengalaman, termasuk spesialis anestesi sehingga bisa memberikan penanganan yang cukup canggih," ujarnya.

"Ada empat orang petugas di dalam pesawat dan kami bekerja keras selama masa penerbangan."

Gordon Watt mengatakan, ketiga nelayan yang berhasil diselamatkan beruntung masih hidup.

"Saya kira banyak cerita mengenai mereka yang selamat dari kecelakaan, dan ini saya kira akan menjadi salah satu cerita yang hebat soal itu."

Nelayan yang diangkut kapal pengangkut peti kemas tersebut masih dalam keadaan kritis di Rumah Sakit Royal Perth, sedangkan dua orang lainnya menjalani perawatan di Darwin.

Badan Otoritas Keselamatan Maritim Australia sudah mengeluarkan pernyataan kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam usaha penyelamatan.

Perahu berangkat dari Rote

Laporan dari media lokal di Indonesia menyebutkan, perahu nelayan bernama Kuda Laut ini berlayar dari Rote di Nusa Tenggara Timur hari Kamis pekan lalu dan kemudian mengalami kesulitan di laut setelah diterjang gelombang besar.

Cuaca di kawasan tersebut buruk karena adanya Badai Tropis Charlotte yang mulai terjadi hari Senin, tetapi kemudian melemah menjadi badai tropis biasa.

Pihak berwenang Australia belum lagi memberikan rincian mengenai kejadian tersebut, tetapi wilayah perairan antara Karang Ashmore dan Pantai Kimberley sudah menjadi sasaran penangkapan ikan ilegal.

Australia sudah meningkatkan patroli di kawasan tersebut dan berhasil memergoki 231 kapal antara bulan Juli-Desember tahun lalu dengan 29 kapal disita dan kemudian dihancurkan. (*)

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved