Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Kasus Kematian Akibat Covid-19 di DIY Tinggi, Sri Sultan : Komorbid Langsung ke Isoter
Satu di antara cara untuk meminimalisir kematian akibat Covid-19 yakni dengan cara penanganan pasien yang tepat.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tingkat kematian pasien Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diklaim masih tinggi.
Di sisi lain status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) wilayah DIY turun ke level 3.
Kondisi itu membuat Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengambil langkah tepat agar potensi kematian karena Covid-19 di DIY dapat ditekan.
Sri Sultan mengatakan, satu di antara cara untuk meminimalisir kematian akibat Covid-19 yakni dengan cara penanganan pasien yang tepat.
Baca juga: Update Peta Sebaran Kasus Covid-19 Selasa 22 Maret 2022, Jabar Tertinggi, Jakarta Kedua, DIY Ketujuh
"Sekarang tergantung kondisi dari rumah, ya. Mereka bisa diisoman. Tapi mestinya kalau punya penyakit bawaan harusnya jangan diisoman, langsung diisoter. Sehingga tidak terlambat," katanya, di sela-sela agendanya, Selasa (22/3/2022).
"Kalau gak punya apa-apa (penyakit penyerta) tiga atau lima hari juga sembuh. Jadi hati-hati, gitu," lanjut Sri Sultan.
Gubernur menegaskan, kematian akibat Covid-19 tidak serta merta diklaim murni karena pasien tersebut terpapar Covid-19 .
"Kita gak bisa mengatakan itu, ya. Kalau tingkat kematian (tinggi) karena dia punya penyakit lain. Ya, memang ini pandemi dalam arti korona. Tetapi kematian itu mungkin karena flek di jantung, dia mungkin punya (riwayat) gula dan lainnya," ujar Sultan.
Lebih lanjut, Sri Sultan menuturkan, para tenaga medis bukan bekerja mengobati pasien yang terpapar Covid-19 saja.
"Kita pandemi ini kan bukan ngobati korona. Tetapi penyakit lain, yang bawaan ya kita tidak bisa memprediksi itu," imbuh ngarsa dalem.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Bantul Sudah Melandai, Namun Tetap Ada Pasien yang Meninggal
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji mewakili Wakil Gubernur DIY, menambahkan angka kematian di Yogyakarta memang masih cukup tinggi.
Beberapa upaya kini sedang disiapkan untuk meminimalisir kasus kematian.
“Dari catatan yang kami terima karena terlambat masuk rumah sakit, karena kejadiannya masyarakat itu kalau terkena Covid-19 itu cukup isoman di rumah, sementara ada beberapa orang yang tidak memahami bahwa mereka memiliki komorbid sehingga terlambat masuk ke rumah sakit,” terangnya.
“Berdasarkan catatan kami, sebagian besar yang meninggal itu rata-rata karena komorbid hipertensi, sementara kalau dari sisi usia yang terbesar itu diatas lima puluh tahun,” jelasnya.
Dikatakan pula oleh Aji, bahwa Pemerintah Daerah siap untuk mendukung penelitian yang dilaksanakan oleh UGM tentang waste water surveillance, siap mengantar dan mendukung untuk melaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. ( Tribunjogja.com )