Aturan Swab Antigen Bagi Pelaku Perjalanan Dicabut, Epidemiolog UGM : Sudah Saatnya Berganti Fokus

Kendati memiliki risiko lebih kecil, menurutnya seseorang yang telah divaksin dua kali juga perlu mewaspadai penularan Covid-19 di perjalanan

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Direktur Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM, dr Riris Andono Ahmad MD MPH PhD 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kalangan akademisi turut menanggapi peniadaan syarat dokumen hasil negatif swab antigen untuk pelaku perjalanan jarak jauh.

Langkah yang dipilih pemerintah itu dinilai epidemiolog Universitas Gajah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad seimbang antara upaya pengendalian Covid-19 dengan aktivitas ekonomi.

Dia menyebut, penyertaan dokumen hasil negatif swab antigen maupun PCR memang sudah tidak diperlukan lagi bagi seseorang yang sudah dua kali menerima vaksin Covid-19.

"Ya masuk akal aja karena yang sudah vaksin risiko tertularnya lebih rendah dibandingkan kalau yang belum vaksin," katanya, Minggu (13/3/2022).

Kendati memiliki risiko lebih kecil, menurutnya seseorang yang telah divaksin dua kali juga perlu mewaspadai penularan Covid-19 di perjalanan.

Dia menyarankan fokus pemerintah saat ini tetap diarahkan mengejar target vaksinasi Covid-19.

"Karena yang penting kan sebenarnya bagaimana cara agar kita tetap bisa mengendalikan penularan Covid-19, tetapi kita tidak menghambat aktivitas ekonomi," tegasnya.

Baca juga: Kasus Aktif COVID-19 di Gunungkidul Capai 1.532 Pasien, 61 Orang Dirawat di RS

Baca juga: Kasus Covid-19 di Kalangan Nakes Bertambah, 287 Nakes di Kulon Progo Jalani Isoman

Dia menyadari, untuk saat ini pemerintah mulai dapat mengimbangi antara pengendalian virus dengan laju pertumbuhan ekonomi.

"Sekarang kan kita bisa lihat ada perubahan fokusnya, ya. Kalau pas awal pandemi kita fokusnya agar bagaimana Covid-19 tidak menular dan ekonomi ditekan. Sekarang sudah saatnya berganti fokus, ekonominya bangkit lagi tapi masih tetap memperhatikan penurunan kasus atau mencegah penularan," terang dia.

Hasil dari pengendalian virus tersebut menurutnya dapat dilihat dari peningkatan imunitas masyarakat.

Sehingga jika dikemudian hari seseorang tertular Covid-19, risiko kematian akan menurun. 

"Karena sebenarnya problem kesehatannya kan di situ," ujarnya.

Dengan adanya vaksin pula menurutnya bahaya virus tersebut dapat sedikit dihindari.

"Selain karena vaksin, varian virusnya sekarang juga jauh lebih rendah," pungkasnya. (Tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved