Labuhan Patuh Keraton Yogyakarta, Rambut dan Kuku Sri Sultan Dilabuh ke Pantai Selatan

Hajad Dalem Labuhan digelar setiap tahun, satu hari setelah puncak acara Jumenengan Dalem (29 Rejeb), sehingga labuhan jatuh pada tanggal 30 Rejeb.

Labuhan Patuh Keraton Yogyakarta, Rambut dan Kuku Sri Sultan Dilabuh ke Pantai Selatan - Keraton-Yogyakarta-Gelar-Hajad-Dalem-Labuhan-Patuh-di-Pantai-Parangkusumo.jpg
TRIBUNJOGJA.COM / Santo Ari
LABUHAN - Prosesi Hajad Dalem Labuhan Patuh Keraton Yogyakarta di Pantai Parangkusumo, Jumat (4/3/2022).

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Keraton Yogyakarta menggelar prosesi Hajad Dalem Labuhan Patuh pada Jumat (4/3/2022). Keraton Yogyakarta melabuh benda-benda tertentu yang disebut sebagai ubarampe labuhan. Beberapa di antaranya merupakan benda-benda milik Sultan yang bertahta. Bahkan ada juga bagian rambut (rikma dalem) dan kuku (kenaka dalem) yang menjadi bagian dari ubarampe tersebut.

Hajad Dalem Labuhan Patuh digelar setiap tahun, satu hari setelah puncak acara Jumenengan Dalem (29 Rejeb), sehingga labuhan jatuh pada tanggal 30 Rejeb.

Adapun prosesi yang juga disebut Labuhan Alit ini dimulai dengan serah terima ubarampe oleh Bupati Bantul di Kantor Kapanewon Kretek.

Kemudian dilanjutkan dengan prosesi di Cepuri Parangkusumo, dan yang terakhir ubarampe tersebut dilabuh di Pantai Parangkusumo oleh para abdi dalem.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menerima ubo rampe labuhan alit yang akan digelar di Pantai Parangkusumo (4/3/2022).
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menerima ubo rampe labuhan alit yang akan digelar di Pantai Parangkusumo (4/3/2022). (Dok : Tribun Jogja/Pemkab Bantul)

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengungkapkan, labuhan ini adalah upacara tradisi memperingati jumenengan atau naik takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X yang diadakan setiap setahun sekali.

"Barang-barang apa yang pernah dipakai oleh Ngarsa Dalem maupun dipakai oleh Keraton itu dilabuh, sebagai simbol untuk membuang keburukan," ujarnya saat diwawancarai di Kantor Kapanewon Kretek.

Bupati menyampaikan, di saat bersamaan juga ada sedekah apem, di mana apem ini merupakan perlambang permohonan maaf dari segala kesalahan.

"Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat telah melakukan kesalahan dimintakan maaf dengan simbol apem yang besar, apem mustaka itu," ucapnya.

Halim mengungkapkan, apem tersebut merupakan simbol permohonan maaf ampunan kepada Allah SWT atas kesalahan kolektif.

Maka dari itu apem yang digunakan berukuran besar.

"Tradisi ini sekaligus membangkitkan kita akan pentingnya kesadaran untuk membangun Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan mendoakan Ngarsa Dalem agar panjang umur, sehat selalu, dan terus berjuang untuk kesejahteraan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta," tandasnya.

Prosesi Hajad Dalem Labuhan Patuh pada Jumat (4/3/2022) di Pantai Parangkusumo.
Prosesi Hajad Dalem Labuhan Patuh pada Jumat (4/3/2022) di Pantai Parangkusumo. (TRIBUNJOGJA.COM / Santo Ari)

Sementara itu Carik Tepas Ndoropuro Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Wijoyo Pamungkas menjelaskan, ada 30 jenis dalam ubarampe yang dilabuh.

Mulai dari kain nyamping cindhe abrit, cindhe ijem, semekan dringin, termasuk rikma dalem (rambut), dan kenaka dalem (kuku) dari Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Labuhan dilakukan di tiga lokasi, yakni Pantai Parangkusumo, Gunung Lawu, dan Gunung Merapi. Yang dilabuh hari ini (kemarin) di Parangkusumo, untuk Lawu dan Merapi baru besok pagi (hari ini) dilabuh," ungkapnya.

KRT Wijoyo mengungkapkan dalam tradisi Keraton Yogyakarta terdapat dua jenis labuhan, yakni Labuhan Patuh atau Labuhan Alit dan Labuhan Ageng.

Labuhan Ageng sendiri dilakukan setiap delapan tahun sekali (sewindu) menurut perhitungan tarikh tahun saka.

"Kalau Labuhan Ageng ditambah satu tempat, di Dlepih Wonogiri, setiap tahun dal dan tahun wawu," tandasnya. (nto)

Baca Tribun Jogja edisi Sabtu 5 Maret 2022 halaman 01

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved