Berita Pendidikan Hari Ini
PTM Dihentikan, Orangtua Siswa di Kota Yogyakarta Berharap Belajar Daring Tak Berlangsung Lama
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta resmi menghentikan seluruh aktivitas pembelajaran tatap muka (PTM) di tingkat TK, SD dan SMP selama satu pekan
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta resmi menghentikan seluruh aktivitas pembelajaran tatap muka (PTM) di tingkat TK, SD dan SMP selama satu pekan ke depan, mulai Selasa (1/3/2022).
Namun, kebijakan itu, rupanya memantik kekecewaan orang tua siswa.
Salah satu orang tua siswa di Kota Yogyakarta, Mahadevi mengatakan, jika PTM kembali digulirkan secara daring, dikhawatirkan anaknya tak bisa menyerap materi-materi dengan optimal.
Baca juga: Angka Kematian Covid-19 di DI Yogyakarta Naik Tajam, Sri Sultan HB X: Hati-hati Jaga Diri
Sebab, berdasar pengalamannya, sistem online ini kurang efektif untuk pelajar SD.
"Soalnya anakku kan masih kecil, kalau mereka belajar di rumah itu belum bisa. Beda kalau anaknya SMP, atau SMA, mungkin tidak masalah. Tapi, kalau anak TK, atau SD kan belum bisa belajar secara mandiri, ya," keluhnya.
Alhasil, anaknya yang saat ini duduk di bangku kelas II sekolah dasar, ujung-ujungnya malah tidak belajar, ketika mengikuti KBM daring tersebut.
Praktis, ia pun berharap, kebijakan pemerintah terkait penghentian PTM ini tidak berlangsung lama, atau bersifat sementara saja.
Baca juga: Polisi Menduga Jasad Perempuan di Sungai Bolong Magelang Alami Tindak Kekerasan
"Kemarin kan infonya cuma seminggu PTM dihentikan, semoga setelah itu bisa masuk lagi, walaupun 50 persen nggak masalah, karena kalau online itu sama sekali tidak efektif, mending 50 persen seperti dulu," urainya.
Terlebih, Mahadevi menilai, seandainya belajar di sekolah, anak-anak pun lebih terkontrol terkait penerapan protokol kesehatannya.
Sebaliknya, ketika belajar di rumah, anak otomatis memperoleh banyak waktu senggang yang dimanfaatkan untuk beraktivitas di luar ruangan.
"Ya, kalau nggak sekolah mereka malah main-main sama temannya di luar, kumpul-kumpul, sepedaan. Kalau anak sekolah kan mereka pasti disiplin. Meski ada penularan, sumbernya bukan dari sekolah," cetusnya. (aka)