Rencana Penyekatan dari Sri Sultan HB X dan Prediksi Puncak Lonjakan Covid-19 di DIY

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X belum bisa memastikan kapan kebijakan pembatasan mobilitas di DIY akan diberlakukan.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
Petunjuk arah menuju Malioboro di kawasan Tugu Pal Putih Yogyakarta 

Angka tersebut didapat dari pelacakan kontak erat maupun masyarakat yang mau memeriksakan diri sendiri.

Meski begitu, di beberapa RS, Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur untuk kasus Covid-19 masih relatif rendah.

Namun, sejumlah tempat isolasi terpadu di DIY penuh, bahkan ada daftar tunggu bagi mereka yang mau masuk.

Menanggapi hal tersebut, Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik, dr Raden Ludhang Pradipta Rizki MBiotech SpMK menjelaskan, di DIY saat ini belum terlihat tren kasus Covid-19 yang menurun.

Itu bisa menjadi indikasi mengapa tingkat keterisian bed RS untuk kasus Covid-19 masih belum memuncak di tengah tren kasus menanjak.

“Angka kasusnya itu masih menanjak, ya. Jumat kemarin saja 1.900-an, kalaupun turun, belum drastis. Bisa juga turun, tapi Sunday number. Artinya, tes yang dilakukan di hari Minggu, lab kan juga tidak beroperasi maksimal dan itu tidak bisa dijadikan patokan angka kasus turun,” ujarnya kepada Tribun Jogja, Senin (21/2/2022).

Indikasi lain, tingginya cakupan vaksinasi Covid-19 masyarakat DIY menjadikan gejala penyakit karena virus Sars-CoV-2 itu tidak parah.

Sehingga, BOR untuk Covid-19 di RS masih relatif rendah.

Dugaannya, sejumlah pasien yang dirawat di RS akibat Covid-19 itu adalah mereka yang memiliki komorbid atau belum mendapatkan vaksin secara tuntas.

“Secara klinis, cakupan vaksinasi di sini kan cukup tinggi. Apalagi, kita juga berbondong-bondong diiringi booster. Ini tandanya, sasaran vaksinasi untuk kelompok rentan sudah tepat,” ucapnya.

Maka, dia menilai, tujuan awal dari vaksinasi, yakni agar penyakit tidak menjadi parah jika menjangkiti manusia sudah sesuai.

Ludhang juga membandingkan lonjakan kasus Covid-19 di tahun 2021 dan 2022.

“Ya cukup beda, karena di tahun ini sudah ada vaksinasi yang digenjot sejak akhir tahun lalu. Kalau pas Delta 2021 itu kan dilema juga, vaksinasi baru berjalan sekian persen, harus terhantam varian Delta. Kocar-kacir,” bebernya.

Meski sudah ada vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh, Ludhang berharap, masyarakat juga tetap waspada dengan Covid-19.

Dia meminta semua pihak untuk tidak menyepelekan Covid-19 beserta variannya.

Baca juga: Antisipasi Covid-19, Lapas Kelas II A Yogyakarta Rencanakan Booster Vaksin bagi Warga Binaan

Baca juga: Puncak Kasus Covid-19 Diprediksi Terjadi Dua Pekan Depan, Dinkes Kota Magelang Perketat 3T 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved