Wahid Bocah Kelas 2 SD yang Ditinggal Pergi Ayah, Kini Harus Bekerja Keras dan Rawat Ibu Lumpuh
Seorang bocah di Kulon Progo harus rela menghabiskan masa kecil untuk berkerja dan merawat ibunya yang lumpuh.
Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Ikrob Didik Irawan
"Kalau pagi piring yang digunakan untuk sarapan belum dicuci, sehabis pulang dari sekolah dia cuci sendiri. Kadang ada kelapa tua dipanjat terus dipetik. Kemudian dibawa pulang buat dikumpulin dulu," ucapnya.
"Kalau kelapanya sudah banyak kemudian dijual di pasar. Harganya berkisar Rp 2.000 per biji sampai Rp 2.500 per biji. Jadi Wahid jarang main bersama temannya. Di rumah cuma bermain dengan kucing peliharaannya," sambung Wagini.
Adapun untuk makan sehari-hari, mereka mengandalkan sayuran yang ditanam di kebun di sekitar rumahnya.
"Kalau beras saya tidak beli karena dapat dari bantuan. Kalau sayur cari di kebun terus bumbunya diberi tetangga," ungkapnya.
Cita-cita
Saat ini, Wahid duduk di bangku kelas II SDN Sambiroto.
Namun karena kondisinya harus merawat ibunya, dia jarang masuk sekolah. Sehingga gurunya yang datang ke rumah Wahid untuk mengajar dan mengantarkan tugas-tugas sekolah.
Kendati demikian, bocah yang suka pelajaran berhitung ini memiliki sebuah cita-cita.
"Dulu awalnya pernah cerita pengin jadi dokter biar bisa ngobatin ibunya. Tapi dia merasa jarang masuk sekolah karena harus merawat saya di rumah. Kemudian dia punya cita-cita lagi pengin jadi kontraktor agar bisa bangun rumah orang lain terus uangnya buat pengobatan saya," terang Wagini.
Bahkan tidak hanya untuk pengobatan, namun dia juga memiliki angan-angan untuk memberangkatkan ibunya ke Tanah Suci. (scp)