Bahan Baku Minyak Goreng Sangat Cukup, Kok Mahal dan Langka?

Mahalnya harga minyak goreng (migor) sebab harga crude palm oil (CPO) yang tinggi bukan karena kebijakan biodiesel.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
via ebtke.esdm.go.id
Untuk bahan bakar diesel mulai 2020 sudah dicampurkan bahan nabati untuk campuran pada bahan bakar solar, sehingga Indonesia bisa mengurangi impor bahan bakar fosil 

Menurutnya, stok migor kebanyakan tersedia di pasar tradisional. Kalaupun ada, harganya lebih tinggi dibanding kebijakan pusat, yaitu kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per liter sesuai merek serta kebijakan tiap penjual.

Sigit tak menampik kebijakan satu harga oleh pusat berpengaruh pada kelangkaan stok migor kemasan. Pasalnya, produsen hingga distributor juga tak ingin merugi.

"Sebab secara kondisi ekonomi harga minyak memang sedang naik, lalu dipaksa dengan kebijakan satu harga tersebut," jelasnya.

Komentar Komunitas Exporter

Kondisi pasar yang tak stabil itu turut dirasakan oleh Komunitas Milenials Exporter Yogyakarta .

Ketua Komunitas Milenials Exporter Yogyakarta, Fachruddinsyah Nasution mengatakan, kelangkaan minyak goreng saat ini mengganggu stabilitas barang ekspor dari beberapa anggotanya.

Apalagi sejak Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 02 Tahun 2022 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Ekspor semua produsen tidak dapat lagi mengirim minyak goreng sawit keluar negeri.

Kebijakan itu bertujuan supaya stok minyak goreng sawit dalam negeri tetap terjaga.

Namun harga jual di luar negeri yang lebih tinggi membuat para produsen dan eksportir memilih pasar keluar negeri.

"Yang saya tahu memang tidak boleh ekspor kalau untuk minyak kelapa sawit, tapi kalaupun bisa keluar artinya mereka telah miliki izin ekspor untuk sawit," katanya, dihubungi, Minggu (20/2/2022).

Pria yang akrab disapa Fachru ini menjelaskan, salah satu penyebab minyak goreng di dalam negeri langka karena banyak produsen yang lebih melirik pasar luar negeri.

"Minyak kelapa sawit makin dicari diluar negeri. Akhirnya para manufactur atau pabrik-pabrik ini lebih memilih pasar keluar. Karena memang harganya lebih tinggi. Akibat dari itu kan dalam negeri pasokan kurang," jelasnya.

Aturan Menteri yang diharapkan mampu menetralisir harga minyak goreng di pasaran dalam negeri nyatanya belum juga membawa kabar baik. "Walaupun sudah ada subsidi tapi masih tinggi. Dan dilihat dari pasaran global kita merangkak naik."

"Malaysia tetap lebih murah masih 1.200 dolar per ton. Kalau Indonesia sudah 1.500 dolar per ton," ujarnya.

Dia menuturkan, harga minyak goreng selalu mengikuti pasar global.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved