Bahan Baku Minyak Goreng Sangat Cukup, Kok Mahal dan Langka?
Mahalnya harga minyak goreng (migor) sebab harga crude palm oil (CPO) yang tinggi bukan karena kebijakan biodiesel.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com -- Mahalnya harga minyak goreng (migor) sebab harga crude palm oil (CPO) yang tinggi bukan karena kebijakan biodiesel.
Itu diungkapkan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Dilansir dari kontan, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI Tofan Mahdi mengatakan, serapan untuk program biodiesel tidak mempengaruhi harga minyak goreng dalam negeri, dan menurutnya bahan baku untuk minyak goreng sudah sangat cukup.
“Mahalnya harga minyak goreng karena harga CPO yang tinggi, bukan karena kelangkaan bahan baku (CPO) di pasar domestik karena banyak terserap di pasar ekspor ataupun karena program mandatori biodiesel. Jadi, bahan baku untuk minyak goreng sangat cukup,” katanya kepada Kontan, Minggu (20/2/2022).
Mahalnya dan langkanya migor saat ini menurutnya tidak akan bertahan lama. Ia optimis dalam beberapa pekan ke depan harga migor di pasar domestik akan stabil dan akan terjadi keseimbangan baru.
“Kita lihat saja dalam beberapa pekan ke depan akan terjadi penciptaan keseimbangan baru dan pasar minyak goreng di pasar domestik akan stabil,” ungkap Tofan.
Sejak dikeluarkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) kemudian kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) migor, ketersediaan migor menjadi sangat terbatas, bahkan terjadi kelangkaan.
Dalam pengamatan Kontan, harga migor sesuai HET sampai saat ini belum ditemukan di pasar tradisional.
Hal tersebut berlaku untuk migor kemasan sederhana, kemasan premium, dan kemasan curah. Bahkan harga migor kemasan sederhana masih ditemukan dengan harga Rp 20.000 per liter, terlampau jauh dari HET pemerintah untuk migor kemasan di angka Rp 14.000 per liter.

Migor Langka
Kelangkaan minyak goreng di sejumlah wilayah di Indonesia masih berlangsung. Satu diantaranya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kalaupun ada, harganya bisa tak wajar alias bukan harga pasaran minyak goreng sawit saat ini.
Hingga Senin (21/2/2022), warga Kabupaten Gunungkidul kesulitan mendapatkan minyak goreng (migor) kemasan selama beberapa waktu terakhir. Kebijakan satu harga yang ditetapkan oleh pemerintah pusat disebut sebagai salah satu penyebabnya.
Kepala Seksi Distribusi, Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan (Disdag) Gunungkidul, Sigit Haryanto mengungkapkan bahwa keterbatasan stok migor terjadi hampir di semua tingkatan.
"Terutama untuk yang migor kemasan satu harga, baik di swalayan, toko modern, hingga distributor itu stoknya terbatas," kata Sigit dihubungi Tribunjogja pada Senin (21/02/2022).
Menurutnya, stok migor kebanyakan tersedia di pasar tradisional. Kalaupun ada, harganya lebih tinggi dibanding kebijakan pusat, yaitu kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per liter sesuai merek serta kebijakan tiap penjual.