Berita DIY
Berita DIY : Tambah 1.010 Kasus Covid-19, Ribuan Pasien Jalani Isolasi Mandiri
Jumlah orang yang terkonfimasi virus Corona di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Minggu (13/2/2022) dilaporkan bertambah sebanyak 1.010 kasus.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Yuwantoro Winduajie, Alexander Ermando, Azka Ramadhan
Tribunjogja.com - Jumlah orang yang terkonfimasi virus Corona di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Minggu (13/2/2022) dilaporkan bertambah sebanyak 1.010 kasus.
Dengan penambahan itu maka total kasus terkonfirmasi di wilayah ini menjadi 163.049 kasus.
Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 , Berty Murtiningsih mengatakan penambahan kasus baru diperoleh dari hasil periksa mandiri 319 kasus dan tracing kontak kasus positif 691 kasus.
"Distribusi kasus positif adalah Kota Yogyakarta 196 kasus, Bantul 182 kasus, Kulon Progo 145 kasus, Gunungkidul 24 kasus, dan Sleman 463 kasus," beber Berty Murtiningsih .
Dia melanjutkan, pasien yang mengalami kesembuhan untuk hari ini dilaporkan penambahan berjumlah 146 kasus.
Kasus sembuh dilaporkan di Kota Yogyakarta 14 kasus, Bantul 19 kasus, dan Kulon Progo 7 kasus, Gunungkidul 1 kasus, dan Sleman 105 kasus.
"Sehingga total sembuh menjadi 152.252 kasus," tambahnya.
Untuk hari ini ada 2 pasien dari Sleman dan Bantul yang dilaporkan meninggal akibat Covid-19 .
Sehingga total kasus meninggal di wilayah ini menjadi sebanyak 5.287 kasus.
Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 di DIY, Minggu 13 Februari 2022: Tambah 1.010 Kasus, Pasien Sembuh Tambah 146
Ribuan Pasien Jalani Isolasi Mandiri
Kasus terkonfirmasi Covid-19 di DI Yogyakarta mengalami lonjakan dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan pada Sabtu (12/2/2022) lalu wilayah ini mencatatkan penambahan lebih dari seribu kasus perhari.
Di tengah lonjakan kasus yang terjadi, Pemda DIY mengklaim bed occupancy ratio (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur di 27 RS rujukan Covid-19 maupun selter isolasi masih terkendali.
Hal ini dikarenakan kondisi mayoritas pasien adalah bergejala ringan maupun tak menunjukkan gejala sama sekali alias OTG (orang tanpa gejala).
Sebagian besar pasien pun harus menjalani isolasi mandiri (isoman) di kediamannya masing-masing.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji, merinci saat ini kasus aktif Covid-19 di DIY mencapai sekitar 4.500 kasus.
Sedangkan yang menjalani perawatan di RS maupun isoter hanya sekitar 500 pasien.
Ribuan pasien yang tak mendapat perawatan, diperkirakan tengah menjalani isolasi mandiri.
"Kalau kita lihat kenaikan BOR (RS) masih normal, justru (BOR) isoter kita berkurang. Artinya penambahan itu sebagian besar menjalani isoman," terang Aji, Minggu (13/2/2022).
Aji mengaku telah berkomunikasi dengan Satgas Covid-19 yang dibentuk di tingkat kalurahan untuk melakukan pengawasan seandainya ada warga yang menjalani isoman.
Jika ditemui pasien yang rumahnya tidak memenuhi persyaratan, petugas akan merujuk pasien ke tempat isolasi yang disiapkan pemerintah.
"Kita minta teman-teman di lapangan ngecek yang isoman itu rumahnya memenuhi persyaratan tidak. Kalau rumahnya tidak memenuhi persyaratan bisa dijemput atau dibawa ke isoter karena nanti berbahaya nanti bisa menambah kasus," jelasnya.
Aji menjelaskan, mayoritas pasien Covid-19 di DIY diduga telah terpapar varian Omicron .
Kasus infeksi Covid-19 varian tersebut menunjukkan gejala yang lebih ringan dibandingkan Delta sehingga tak perlu mendapat perawatan.
"Biasanya tidak bergejala dan tidak merasa sakit. Dia tidak perlu mendapat perawatan. Yang dirawat di RS yang masih Delta. Ini kan masih ada Delta kan tapi Delta-nya kan terus berkurang," jelasnya.
Walau begitu, Pemda DIY tetap menyiagakan tempat tidur di RS rujukan Covid-19 seandainya tingkat keterisian mengalami peningkatan.
Jika kebutuhan meningkat, RS tinggal mengkonversikan ruang perawatan reguler menjadi bangsal Covid-19.
"Nanti tinggal konversi saja dari layanan reguler menjadi untuk Covid," paparnya.
Sementara itu Asisten Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Sekda DIY, Aris Riyanta, dalam rapat koordinasi bersama pemerintah pusat menyampaikan, Pemda DIY mampu menyediakan hingga lebih dari 2.500 tempat tidur untuk pasien Covid-19.
Saat ini DIY tercatat memiliki 84 RS dan 1 RS lapangan dengan jumlah tempat tidur sebanyak 7.562.
Sedangkan yang bisa dialokasikan untuk merawat Covid-19 adalah sebesar 35 persen atau sebanyak 2.647 tempat tidur.
"Untuk saat ini, konversi tempat tidur untuk Covid-19 adalah 1.283 tempat tidur atau 16,97 persen," terangnya.
Lebih jauh, hingga Sabtu (12/2/2022) ada 323 pasien Covid-19 yang mendapat perawatan di RS. Sedangkan 23 pasien mendapat perawatan intensif di ruang ICU.
"Di isoter 211 orang dengan ketersediaan tempat tidur 1.632," terangnya.
Baca juga: Kasus Baru Covid-19 Berlipat Ganda dalam 2 Hari, Kini Ada 123 Kasus Aktif di Gunungkidul
Kasus Covid-29 Harian di Gunungkidul Berlipat Ganda
Angka kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 dari Kabupaten Gunungkidul berlipat ganda dalam 2 hari terakhir.
Hingga Minggu (13/02/2022), ada ratusan kasus aktif, di mana sebagian besar menjalani isolasi mandiri (isoman).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul , Dewi Irawaty juga melaporkan ada warga yang kembali terpapar Covid-19 .
"Betul ada kasus reinfeksi," kata Dewi sore ini.
Merujuk pada data yang diberikan, Sabtu (12/02/2022) lalu dilaporkan sebanyak 21 kasus baru dan 1 kasus reinfeksi.
Pada hari yang sama, dilaporkan pula ada 10 kasus yang sudah dinyatakan sembuh.
Sedangkan hari ini, dilaporkan ada 47 kasus baru konfirmasi positif Covid-19 dan nihil kasus sembuh.
Secara rinci, 33 kasus baru ini sebelumnya berstatus suspek, 11 merupakan kontak erat, dan 3 lainnya hasil screening.
"Ada 2 kasus reinfeksi hari ini," kata Dewi.
Secara wilayah, Kapanewon Playen mencatatkan kasus aktif tertinggi sebanyak 32 orang. Menyusul Wonosari dengan 28 kasus dan Karangmojo sebanyak 22 kasus.
Menurut Dewi, ada klaster keluarga yang terbentuk di wilayah Playen. Sedangkan untuk kasus lainnya bersifat sporadis (menyebar).
"Klaster keluarga ini terbentuk karena (ada anggota keluarga) kerja di Kota Yogyakarta," jelasnya.
Secara kumulatif, ada 18.147 kasus konfirmasi positif Covid-19 di Gunungkidul .
Saat ini terdapat 123 kasus aktif, 16.983 kasus sembuh, dan 1.034 kasus meninggal dunia.
Dewi menyampaikan hanya ada 10 kasus aktif yang menjalani perawatan di rumah sakit (RS) rukukan. Sebagian besar sisanya menjalani isoman dengan pemantauan ketat.
"RSUD Wonosari merawat 8 pasien, 2 lainnya di RS Panti Rahayu (Karangmojo)," katanya.
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 di DIY Melonjak, Ribuan Pasien Jalani Isolasi Mandiri
Klaster Keluarga Mendominasi Kota Yogyakarta
Kasus Covid-19 di Kota Yogyakarta terus menunjukkan peningkatan signifikan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan setempat, muncul tambahan 312 pasien, pada Minggu (13/2/2022).
Otomatis, kasus aktif di kota pelajar kini sudah menembus 1.411 kasus.
Ketua Harian Satgas Covid-19 Kota Yogyakarta , Heroe Poerwadi mengatakan sebaran virus corona di wilayahnya memang mengalami lonjakan tajam dalam kurun waktu dua minggu terakhir.
Padahal, sebelumnya, kasus Covid-19 di Yogyakarta terbilang sudah sangat landai.
"Peningkatannya tajam selama dua minggu ini. Kita lihat, ya, kasus (harian) di kota yang tadinya di bawah 10, sekarang sudah lebih dari 300. Jadi, dalam dua minggu terakhir kasusnya lebih tinggi dari sebelum kedatangan Omicron ," tandasnya.
Wakil Wali Kota Yogyakarta tersebut menjelaskan, pola sebaran Covid-19 belakangan juga mulai mengalami pergeseran.
Jika di masa landai kasus didominasi oleh para pelaku perjalanan, saat ini penularan di lingkungan, atau tingkat keluarga, kembali sering dijumpai.
"Kalau dulu kan banyak pelaku perjalanan. Sekarang, lebih pada sebaran di keluarga. Kalau kita tes sekarang, rata-rata di keluarga itu satu kena semuanya kena," ujarnya.
Alhasil, Heroe menegaskan, di tengah penularan virus yang begitu masif ini, pihaknya tidak membatasi berapa jumlah tracing dan testing dalam setiap kasus.
Dalam artian, berapapun jumlah kontak erat yang terdeteksi, dipastikan masuk daftar dan wajib menjalani tes.
"Kita tidak membatasi lagi jumlahnya, tergantung kontak eratnya. Seperti di sekolah, kalau ditemukan kasus, satu kelas kita tes, keluarganya di rumah juga. Jadi, kita tidak membatasi jumlahnya," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )