Berita Kota Yogya Hari Ini

Omicron Merebak di Beberapa Daerah, Okupansi Hotel di Kota Yogyakarta Tak Terdampak 

Merebaknya varian baru Covid-19 Omicron yang kini telah terdeteksi di beberapa daerah, rupanya tidak berdampak pada geliat pariwisata Kota Yogyakarta

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
ilustrasi Hotel 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Merebaknya varian baru Covid-19 Omicron yang kini telah terdeteksi di beberapa daerah, rupanya tidak berdampak pada geliat pariwisata Kota Yogyakarta.

Benar saja, sejauh ini, tingkat okupansi perhotelan masih tinggi. 

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DI Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono menyampaikan, jikalau pemerintah pusat bakal menerapkan pembatasan, maka diharapkan lebih pada pengetatan protokol kesehatan. 

Baca juga: Pembersihan Sampah di Sungai Wonggo Klaten Libatkan 100 Relawan dan Dilakukan Secara Manual

"Jadi, bukan pengetatannya dalam artian orang mau keluar nggak boleh, jangan gitu," ujarnya, Selasa (25/1/22). 

Dituturkanya, tingkat reservasi pada Januari-Februari 2022 konsisten di angka 60 persen. Untuk para pelaku perhotelan, prosentase tersebut cenderung tinggi ketika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang hanya 30-40 persen. 

"Sebelum pandemi kan low season, rata-rata 30-40 persen. Tahun kemarin Januari itu cuma 30 persen, terus Februari 25 persen. Sekarang Februari-Maret 60 persen," urainya. 

Walau begitu, meski geliat mulai dirasakan, kesejahteraan para pekarja di sektor perhotelan memang belum bisa pulih seperti masa-masa normal dahulu. Pasalnya, ia menyebut, suasana industri saat ini belum terlampau kondusif. 

Oleh zebab itu, tenaga yang dipekerjakan per harinya pun belum menyentuh 100 persen. Hal tersebut, secara tidak langsung, sesuai imbauan Menko Marves RI Luhut Binsar Pandjaitan, yang meminta perusahaan mengedepankan WFH, guna mengantisipasi merebaknya omicron.

"Di perhotelan kita tetap mengurangi, karena kondisinya ini belum baik-baik saja. Tapi, kalau dulu cuma 10 persen yang dipertahankan, sekarang sudah mulai 50-70 persen, sesuai kebutuhan restoran, maupun hotel," cetus Deddy. 

"Jadi, belum bisa 100 persen dikaryakan. Pekerja juga memahami, bagaimana kondisi kita. Sekarang, okupansi naik pun lebih digunakan untuk maintenance, nyaur-nyaur hutang, perpanjang izin, atau pajak," tambahnya. 

Baca juga: Ssang Yong Rexton, Mobil Dinas Eks Wali Kota Yogyakarta Akhirnya Terlelang Rp 52 Juta 

Dengan situasi yang disebutnya tidak menentu, mengingat naik turun okupansi bisa terjadi sewaktu-waktu, pihaknya mengajak para pelaku pariwisata, khususnya perhotelan, serta restoran, supaya ketat menerapkan prokes. 

Bagaimanapun, di tengah maraknya perkembangan varian Omicron, semua pihak harus bersinergi untuk meyakinkan wisatawan bahwa Yogyakarta aman dikunjungi. 

"Kalau kasus melonjak kan dampaknya ke ekonomi juga ya, termasuk bagi pekerja itu, yang bergantung pada aktivitas perhotelan. Kita tegas loh, kalau ada yang melanggar bisa dikeluarkan dari keanggotaan," cetusnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved