Berita Sleman Hari Ini

Kasus Demam Berdarah di Sleman Menurun 

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencatat, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bumi Sembada mengalami penurunan. Tahun 2020 tercatat ada

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Nyamuk Aedes aegypti 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencatat, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bumi Sembada mengalami penurunan.

Tahun 2020 tercatat ada 810 kasus dengan dua di antaranya meninggal dunia.

Sementara hingga akhir Desember 2021 jumlah penyakit akibat gigitan Aedes aegypti ini menurun menjadi 279 kasus dan satu orang dilaporkan meninggal dunia. Di bulan Januari ini, juga tidak ada lonjakan kasus. 

"(Kasus) DBD menurun. Tahun 2021 hanya satu yang meninggal. Kalau kasusnya ratusan, tapi Alhamdulillah sembuh," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Sleman, Khamidah Yuliati, Rabu (19/1/2022)

Baca juga: Dishub Kota Yogya Tegaskan Tempat Parkir Nuthuk Rp350 Ribu di Sekitaran Malioboro Tidak Berizin 

Menurutnya, musim penghujan di awal tahun ini, kasus demam berdarah di Kabupaten Sleman belum begitu menanjak.

Masih baik-baik saja. Kalaupun ada temuan kasus belum serius dan sejauh ini tidak ada laporan kematian. Ia tidak mengetahui secara pasti penyebab penurunan kasus. Tetapi, bisa dimungkinkan karena efek program nyamuk ber- Wolbachia

Melihat data tahun 2021, beberapa kapanewon masih mencatatkan kasus DBD cukup banyak. Di antaranya Ngaglik, Gamping, Depok dan Prambanan.

Yuli mengatakan, kasus DBD cukup banyak biasanya ditemukan di wilayah yang Angka Bebas Jentik-nya rendah. 

"Target ABJ (angka bebas jentik) kita 95 persen. Tapi kalau ABJ sudah 95 persen tetapi masih ada kasus mungkin itu hasil dari luar, bukan dari situ. Biasanya begitu," kata dia. 

Baca juga: Pemkot Hibahkan Satu Unit Mobil untuk Dongkrak Kinerja UPPD Kota Magelang

Ia mengimbau kepada masyarakat untuk memantau dan memberantas sarang nyamuk melalui 3 M. Yaitu, menguras tempat yang menjadi perindukan nyamuk. Menutup rapat tempat  penampungan air. Lalu, memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Kemudian, tidak kalah penting adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 

Selain DBD, di musim penghujan ini, masyarakat juga diminta mewaspadai leptospirosis. Terutama petani yang bekerja di sawah. Sebab, penyakit bakteri ini menyebar melalui air seni hewan yang terinfeksi. 

"Pencegahannya, kalau petani ya membiasakan memakai sepatu boots ke sawah, karena (leptospirosis) melalui kencing tikus ya. Dan biasanya datang di musim penghujan," kata dia. (rif)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved