Berita Sleman Hari Ini

Warga Sleman Diimbau Memilah Sampah Sebelum Dibuang

Pemilahan sampah dapat mengurangi ketergantungan Sleman membuang sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Piyungan.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Epiphana Kristiyani didampingi Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, DLH Sleman, Junaedi 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman , Epiphana Kristiyani mengimbau masyarakat Sleman agar mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan memilah sampah sebelum dibuang.

Hal ini supaya pengelolaan sampah lebih mudah.

Sehingga, dapat mengurangi ketergantungan Sleman membuang sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Piyungan, Kabupaten Bantul . 

Menurutnya, timbunan sampah di Sleman per hari mencapai 560 ton.

Jumlah tersebut dihitung berdasarkan jumlah populasi penduduk Kabupaten Sleman dengan estimasi masing-masing jiwa, menghasilkan sampah 0,5 kg per hari.

Baca juga: Solusi Agar Tak Berakhir di TPA, Mahasiswa UGM Dampingi Warga Sleman Mengelola Sampah Organik

Dari 565 ton per hari, sebanyak 260 ton atau 44,71 persen setiap hari dibuang ke TPST Piyungan .

Sementara yang mampu dikelola sebanyak 318.5 ton atau 55.29 persen. 

"Kami terus berupaya mengurangi sampah di Sleman, dan ketergantungan membuang di TPST Piyungan ," kata dia, Kamis (13/1/2022). 

Epi mengatakan, sejumlah strategi dilakukan, di antaranya mendaur ulang sampah plastik menjadi konblok.

Kegiatan ini dilakukan di Kapanewon Turi.

Kemudian mengaktifkan Tempat Pengelolaan Sampah dengan sistem reduce, reuse, recycle (TPS 3R).

Saat ini ada 28 TPS3R di Sleman, tetapi hanya sekitar 20an yang aktif. 

Selanjutnya, dengan mencoba membakar sampah plastik dengan suhu 800 derajat menggunakan mesin Karbonizer.

Langkah ini rencananya akan dilaksanakan di TPS 3 R Brama Muda di Ngaglik.

Baca juga: Kurangi Buang Sampah ke TPST Piyungan, Pemkab Sleman Optimalkan Peran TPS 3R 

"Kami juga berupaya memberikan edukasi ke masyarakat dan ke sekolah- sekolah, agar bisa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan memilah sampah," kata dia. 

Ia mengatakan, membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap sampah tidaklah mudah.

Sebab, membutuhkan kebiasaan, perilaku dan tanggung jawab.

Mulai dari hal terkecil yaitu menggunakan kantong yang bisa dipakai berulang kali saat berbelanja kemudian memilah sampah, organik dan anorganik sebelum dibuang. 

Pemilahan sampah ini menurutnya sangat penting.

Agar memudahkan petugas saat proses pengangkutan.

Selama ini, sampah organik maupun anorganik, mayoritas masih dicampur.

Padahal, jika proses pemilahan sampah berjalan maka sampah organik bisa dimanfaatkan. 

"Misalnya, sampah organik bisa untuk budidaya maggot. Di beberapa TPS 3 R ini sudah mulai jalan. Maggot bisa digunakan untuk pakan ternak ataupun ikan," tuturnya.  

Sementara itu, Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, DLH Sleman, Junaedi menyebut, volume sampah setiap tahun mengalami peningkatan sekitar 60 ton.

Baca juga: Dipenuhi Sampah, Pedagang Ingin Embung Serut di Gamping Sleman Dikelola Lebih Baik

Karenanya, pelbagai upaya terus dilakukan untuk mengurangi sampah.

Apalagi, Kabupaten Sleman pada tahun 2024 mendatang harus bisa mengurangi ketergantungan membuang sampah di TPST Piyungan

Pihaknya mengajak masyarakat untuk mengurangi sampah.

Khususnya sampah plastik yang sulit diurai.

Misalnya dengan berbelanja menggunakan kantong yang dapat digunakan berulang kali.

Selain itu, menurut dia, tahun ini Dinas Lingkungan Hidup mulai menerjunkan TFL atau Tim Fasilitator Lapangan. 

"Tim ini untuk membantu TPS 3 R yang tidak aktif agar dapat kembali beroperasi," kata dia.( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved