Kisah Awal Usaha Jadah Tempe Mbah Carik Kaliurang Sleman, Bermula Saran Istri Sri Sultan HB IX
Sudimah Wiro Sartono, pemilik Jadah Tempe Mbah Carik nan legendaris di kawasan Kaliurang, Kabupaten Sleman, tutup usia
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com Sleman - Sudimah Wiro Sartono, pemilik Jadah Tempe Mbah Carik nan legendaris di kawasan Kaliurang, Kabupaten Sleman, tutup usia pada Selasa (11/1/2022), pukul 18.00.
Sudimah Wiro Sartono kemudian dikebumikan pada Rabu (12/1), pukul 11.00. Semasa hidup, almarhumah dikenal sebagai sosok ibu yang hebat.
Mbah Wiro, begitu almarhumah biasa dipanggil semasa hidup, meninggal dunia dalam usia 92 tahun.

Anak-anaknya begitu kehilangan sosok yang selama ini mengayomi. Bagi mereka, Mbah Wiro adalah wanita terhebat di muka Bumi.
Siang kemarin, Bejo Wiryanto, anak ketiga Mbah Wiro, tampak tidak bisa menutupi kesedihan.
Ia benar-benar kehilangan sosok ibu yang selalu mengajarkan tentang hidup, kebaikan, masa depan, bernegara, maupun bermasyarakat.
“Tidak ada yang bisa menggantikannya. Wanita terbaik. Semasa hidup, ibu tidak egois. Ia tidak pelit ilmu. Ia mengajarkan banyak hal, termasuk mencari nafkah,” kata Bejo di rumah duka, Kaliurang Selatan, Hargobinangun, Pakem.
Ia bercerita, almarhumah melanjutkan perjuangan Simbah Ngadikem Sastrodinomo berjualan jadah tempe.
Mbah Ngadikem berjualan jadah tempe atas saran KRAy Hastungkara, istri Sri Sultan Hamengku Buwono IX sejak 1938.
“Lalu diberilah nama Jadah Tempe Mbah Carik. Jadah Tempe Mbah Carik memiliki citarasa berbeda. Mbah Ngadikem merupakan sosok luar biasa. Ia berjualan tidak mau sendiri. Ia selalu mengajak anaknya, Mbah Wiro,” imbuhnya.

Waktu berselang, usaha Jadah Tempe Mbah Carik dilanjutkan oleh Mbah Wiro.
Mbah Wiro adalah generasi kedua Jadah Tempe Mbah Carik. Semasa hidup, Mbah Wiro bahkan mengajari orang-orang di Kaliurang membuat jadah tempe.
“Ilmu, bagi ibu saya, harus dibagi-bagikan ke orang lain. Nggak mungkin ilmu yang ibu punya dipakai sendiri. Alhamdulillah, sudah 67 orang yang diajari ibu membuat jadah tempe. Mereka kini hidup dari berjualan jadah tempe,” ujarnya.
Bejo melanjutkan, mereka yang sekarang berjualan jadah tempe dikoordinasi menjadi sentra.
Bejo menjadi ketuanya. Semua tak lepas dari amanah Mbah Ngadikem, yang meminta supaya usaha jadah tempe dikelola oleh keluarga.