Omicron Mulai Menyebar, Perlu Adanya Kajian Lebih Dalam terkait Sensitivitas Tes Rapid Antigen

Sensitivitas tes rapid antigen perlu dikaji lebih dalam, khususnya berkaitan dengan Omicron.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
dok. tribunnews
Ilustrasi Varian Omicron 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penggunaan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) masih menjadi metode terakurat untuk mendeteksi adanya virus Sars-CoV-2.

Dokter Spesialis Paru-Paru Rumah Sakit Akademik ( RSA ) Universitas Gadjah Mada ( UGM ), dr Astari Pranindya Sari SpP mengatakan, penegakan diagnosa Covid-19 masih sama dengan yang terdahulu yakni menggunakan tes PCR. 

Secara molekuler, Omicron memang mungkin menyebabkan false negative.

Hal ini karena mutasi Omicron berada di daerah protein S yang selama ini dikenal dan sering menjadi tempat pengecekan diagnostik serta target pembuatan vaksin.

Baca juga: Gejala Varian Omicron Mirip Flu Biasa

“Tapi, ini semua sudah dipikirkan oleh sejawat dari persatuan spesialis mikrobiologi klinik ya. Organisasi sudah mengeluarkan keterangan resmi terkait Omicron dan saat tes, harus mencari tiga gen, tidak boleh hanya protein S saja agar tidak false negative,” katanya kepada Tribunjogja.com , Jumat (7/1/2022).

Lantas, bagaimana dengan tes antigen yang banyak digunakan untuk skrining awal virus Covid-19 ?

Astari mengungkap, sensitivitas tes rapid antigen perlu dikaji lebih dalam, khususnya berkaitan dengan Omicron.

Menurutnya, hingga saat ini, tes rapid antigen dapat saja kurang sensitif untuk mendeteksi varian Omicron dibanding varian sebelumnya.

“Alasannya, Omicron adalah varian Covid-19 yang bermutasi di gen S. Sedangkan, tes rapid antigen yang memiliki ratusan merk itu punya mekanisme bermacam-macam,” bebernya.

Baca juga: Pemda DIY Beri Perhatian Munculnya Klaster Covid-19, Sampel Pasien Diuji Lab untuk Deteksi Omicron

Deteksi tes antigen biasanya menargetkan protein S dan banyak lagi.

“Kalau model alat tesnya mendeteksi protein N, kemungkinan masih sensitif karena enggak ngutik-ngutik bagian S yang kena mutasi,” paparnya.

Namun, tes rapid antigen mungkin tidak jadi sensitif apabila model alat tes menargetkan deteksi protein S.

“Masalahnya, kita ndak ada yang hafal atau tahu merk tes rapid antigen apa mendeteksi protein yang mana,” tukasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved