Berita Tribun Jogja Hari Ini
Gejala Varian Omicron Mirip Flu Biasa
Dokter Spesialis Paru-Paru RSA UGM, dr Astari Pranindya Sari SpP menjelaskan, varian ini memang berbeda daripada varian sebelumnya.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Dokter Spesialis Paru-Paru Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Astari Pranindya Sari SpP menjelaskan, varian ini memang berbeda daripada varian sebelumnya.
Dari hasil penelitian yang dia baca, Omicron lebih mudah menular dibandingkan varian terdahulunya, semisal Alpha, Beta, Gamma, maupun Delta.
“Kalau Alpha itu dinilai bisa menyebarkan tiga kali lebih cepat dan Delta 10 kali lebih cepat, maka Omicron ini berkali lipat lebih cepat daripada Delta,” tuturnya kepada Tribun Jogja, Kamis (6/2/2022).
Astari juga menerangkan, berdasarkan penelitian di laboratorium peneliti dunia, virus Sars-CoV-2 varian Omicron ini banyak menempel di saluran pernapasan bagian atas daripada di paru-paru.
Sehingga, gejala Omicron yang sering terlihat, kata dia sebagian besar seperti penyakit influenza.
“Ya, gejalanya batuk dan pilek. Influenza-like illness atau flu. Ini kebalikan varian terdahulu yang banyak berkembang biak di paru-paru,” terangnya.
Dengan begitu, kata dia, orang yang terjangkit varian terdahulu lebih dominan mengalami gejala sesak napas.
Ada juga yang mengalami anosmia atau kehilangan bau di indera penciuman.
Selain seperti penyakit flu, Astari juga mengungkapkan gejala yang banyak terlihat dari penderita adalah mudah kelelahan, sakit tenggorokan, serta nyeri sendi.
“Nah, apabila sudah merasa gampang lelah, batuk-pilek, mungkin masyarakat bisa langsung tes swab dan isolasi mandiri. Tetap pakai masker yang rapat dan jaga jarak agar penularan tidak terjadi,” ungkap Astari.
Adapun periode inkubasi virus Covid-19 varian Omicron, ditambahkannya, tidak berbeda jauh dengan virus varian sebelumnya, yakni 5-6 hari sejak pertama kali pasien terjangkit.
Mengenai tes swab yang akurat, ia menyarankan agar masyarakat bisa melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) agar hasil bisa mendekati sempurna.
Menurutnya, penegakan diagnosa Covid-19 masih sama dengan yang terdahulu yakni menggunakan tes PCR.
Secara molekuler, Omicron memang mungkin menyebabkan false negative.
Hal ini karena mutasi Omicron berada di daerah protein S yang selama ini dikenal dan sering menjadi tempat pengecekan diagnostik serta target pembuatan vaksin.