Electrifying Agriculture PLN Wujudkan Mimpi Sumarna Sulap Pasir Kering Jadi Lahan Pertanian Subur

Sempat dianggap orang gila karena menanam sayur dan palawija di lahan pasir, tak membuatnya ciut nyali

Tribun Jogja/Ikrob Didik
Hamparan tanaman kangkung yang sedang disiram menggunkan teknik sistem irigasi kabut. Pompa yang digunakan menggunakan lisrik PLN sebagai sumber tenaga 

Namun sayangnya, belum ada jaringan listrik di lokasi lahan yang ditanami. Sumarna lantas mencoba mencari jalan. Sejumlah permohonan ia layangkankan kepada pihak terkait untuk membantu membangun jaringan listrik. Namun usaha ini tak pernah membuahkan hasil.

Sarjimin, petani Kelompok Tani Pasir Makmur sedang menyalakan saklar untuk menyalaman pompa yang menggunakan tenaga listrik PLN
Sarjimin, petani Kelompok Tani Pasir Makmur sedang menyalakan saklar untuk menyalaman pompa yang menggunakan tenaga listrik PLN (Ist)

Surat untuk Presiden

Hingga suatu ketika pria yang hanya lulusan SMA ini terpikir untuk menulis surat langsung kepada Presiden Joko Widodo. Tak disangka, surat itu ternyata langsung direspon oleh Presiden Jokowi.

PLN lewat program Electrifying Agriculture kemudian datang mewujudkan mimpi para petani untuk mendapatkan sambungan listrik.

"Sejak kirim surat ke Presiden, alhamdulillah semua menjadi mudah," ujarnya.

Kini, lahan-lahan petani sudah terpasang daya listrik PLN sendiri. Pompa air yang digerakkan dari listrik PLN bisa kapanpun menyedot air dari sumur patek di masing-masing lahan petani. Tak peduli cuaca sekering apapun, tanaman akan tetap bisa tumbuh subur karena siraman air tak pernah telat.

Lahan yang dulu hanya hamparan pasir kini berubah hijau berisi aneka tanaman kangkung, cabai, jagung, terong, hingga padi. Sejak lahan tersambung listrik, para petani mulai meninggalkan BBM ke sumber energi ramah lingkungan ini.

Bagi petani, keberadaan listrik PLN benar-benar mampu menekan biaya penyiraman. Saat masih menggunakan BBM, satu kali penyiraman untuk luasan lahan 1 hektare membutuhkan biaya Rp85 ribu.

Kini setelah berganti menggunakan listrik PLN, biaya penyiraman untuk 1 hektare lahan hanya Rp15 ribu saja. Artinya ada penghematan sebesar 85 persen, tidak menimbulkan polusi, tidak menimbulkan limbah oli, serta tidak menimbulkan suara bising mesin.

“PLN juga membantu anggota kelompok tani masuk karena masuk dalam pelanggan kategori bisnis. Yakni bila membeli pulsa listrik Rp100 ribu, akan terisi sebanyak Rp95 ribu. Bila yang biasanya hanya terisi Rp65 ribu saja,” ujar Sumarna.

Tanaman kangkung yang sedang disiram menggunakan teknik Sistem Irigasi Kabut. Pompa yang digunakan menggunakan listrik PLN
Tanaman kangkung yang sedang disiram menggunakan teknik Sistem Irigasi Kabut. Pompa yang digunakan menggunakan listrik PLN (Tribun Jogja/Ikrob Didik)

Cabai Terbaik

Inovasi dari Sumarna ini sangat dirasakan dampaknya untuk meningkatkan kesejahteraan para petani. Mereka sudah membentuk wadah yakni Kelompok Tani Pasir Makmur yang telah memilik badan hukum.

Sarjimin, petani setempat mengatakan, hasil panen sudah sangat lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk untuk biaya sekolah dan kuliah anak.

Ia mencontohkan hasil dari menanam cabai. Media menanam berupa pasir justru membuat cabai dari wilayah pesisir selatan Bantul ini terkenal lebih tahan lama tak cepat busuk. Ini karena kandungan airnya yang sedikit. Lantaran kualitasnya ini, harga cabai pun bisa tinggi.

Apalagi para petani kompak mengumpulkan hasil panen lalu menjualnya lewat sistem lelang, bukan pakai cara lama dijual langsung ke tengkulak. “Kalau dijual sendiri, paling laku hanya belasan ribu per kilo. Kalau lewat lelang, bisa laku lebih mahal lagi tergantung siapa yang berani berikan penawaran tertinggi,” ujarnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved