Kisah Adewani Lubis Desainer asal Yogyakarta, Konsisten di Jalur Batik Tradisional

Nama desainer asal Yogyakarta, Adewani Lubis mulai wara-wiri lagi di parade busana setelah vakum selama beberapa bulan karena pandemi Covid-19

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Ardhike Indah
Adewani Lubis, pemilik jenama Dewani Batik, desainer asal Yogyakarta 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Nama desainer asal Yogyakarta, Adewani Lubis mulai wara-wiri lagi di parade busana setelah vakum selama beberapa bulan karena pandemi Covid-19.

Salah satu gelaran yang baru saja diikuti adalah ‘AIRA Fashion on The Spot’, digelar di Atrium Hartono Mall, Minggu lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Adewani masih konsisten menciptakan karya batik tradisional.

Meski tren fesyen berkembang pesat, namun perancang jenama Dewani Batik ini tidak berpindah jalur dan memilih terus merancang batik tradisional.

Ternyata, ada misi besar yang ingin diwujudkan Adewani, yakni mempopulerkan batik tradisional di kalangan anak muda.

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta 11 Desemebr 2021: Tambah 18 Kasus Baru, Nihil Pasien Meninggal

Dia mengatakan, dirinya sudah 12 tahun fokus untuk mengembangkan batik klasik, salah satunya batik bermotif parang.

Dikatakannya, motif itu sarat dengan filosofi dan memancarkan jiwa kepemimpinan bagi siapa yang mengenakannya.

“Motif batik klasik kan banyak ya, ada kawung, parang dan lainnya. Brand saya, Dewani Batik itu selalu mengusung parang karena motifnya membuat pengguna jadi lebih elegan,” katanya beberapa waktu lalu.

Selain mengusung motif parang, Adewani juga memadukan warga sogan, seperti cokelat dan hitam dalam setiap karyanya.

Motif parang berwarna sogan, dia padukan dengan logo Dewani, seekor burung yang diletakkan di tengah. Karya itu, katanya, mampu memperkokoh eksistensi Dewani di kancah industri fesyen di DI Yogyakarta.

Baca juga: Gadjah Mada Response Semeru 2021 Terjunkan 8 Personel ke Lumajang untuk Dampingi Warga

Gaya Milenial

Ia paham, warna sogan memang cukup sulit menjangkau anak muda lantaran warnanya yang terkesan monoton.

Maka dari itu, dia berupaya untuk memodifikasi kain batik itu dengan gaya yang kekinian. Sehingga, meskipun warnanya terkesan tua, tetapi juga bisa digunakan anak muda karena gaya busana modern.

“Anak muda memang suka warna cerah ya. Dari situ, saya mainnya di gaya bajunya saja, meski warnanya warna klasik. Main di gaya agar cocok buat yang muda-muda,” katanya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved