Vaksinasi Covid untuk Anak
Pemerintah Izinkan Vaksinasi Covid untuk Anak, Apa Saja Efek Sampingnya? Simak Berikut Ini
Pemerintah memberikan izin kepada daerah untuk memulai program vaksinasi covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun mulai 24 Desember 2021
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Pemerintah memberikan izin kepada daerah untuk memulai program vaksinasi covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun mulai 24 Desember 2021. Hal itu sebagaimana tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 66 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 pada Saat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.
Namun demikian, pemerintah mensyaratkan agar program vaksinasi untuk anak ini dimulai ketika capaian vaksinasi Covid-19 sudah mencapai target minimal 70 persen untuk dosis pertama dan 60 persen untuk vaksinasi dosis pertama bagi lansia.
Lantas apa saja yang harus diketahui orangtua dalam menghadapi vaksinasi covid-19 untuk anak ini?
Efek Samping
Para orangtua tak perlu khawatir berlebihan mengenai efek samping vaksin covid-19 pada anak. Menurut sejumlah ahli, efek samping yang ditimbulkannya hanyalah efek samping minor, seperti halnya yang dialami orang dewasa yang sehat.
Terkait efek samping ini, diungkapkan pula oleh Wakil Presiden Senior Penelitian dan Pengembangan Klinis Vaksin Pfizer, Dr. Bill Gruber.
Ia menguraikan data perusahaan obat dari uji coba fase 2 dan 3 pada Pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait FDA pada 26 Oktober 2021.
Dia menjelaskan efek samping serius hanya memiliki kemungkinan yang sangat kecil. Dan tidak ada kematian selama uji coba fase 2 dan 3 pada anak-anak berusia 5-12 tahun. Ia menambahkan bahwa efek sampingnya mirip dengan yang dialami orang dewasa.
Efek samping yang paling umum pada anak-anak setelah dosis kedua vaksin.
Mereka merasa kelelahan dan sakit kepala, dengan 39,4 persen dan 28 persen.
Dan 28 persen dari anak berusia 5-12 tahun mengalami gejala tersebut. Sementara efek samping pada dosis pertama sangat jarang.
Sementara orang dewasa memiliki prosentasi efek samping 65,6 persen dan 60,9 persen.
Data menunjukkan bahwa demam dan kedinginan yang dialami setelah vaksin lebih rendah di antara anak-anak berusia 5-12 tahun daripada di antara anak-anak berusia 12-65 tahun.
Hanya 6,5 persen dari anak-anak berusia 5-12 tahun yang mengalami demam setelah vaksinasi, dibandingkan dengan 17,2 persen dari mereka yang berusia di atas 12 tahun. Juga, hanya 9,8 persen dari mereka yang berusia 5-12 tahun mengalami kedinginan, dibandingkan dengan 40 persen dari mereka yang berusia di atas 12 tahun.
“Untuk meningkatkan kemungkinan deteksi kejadian miokarditis yang jarang terjadi pada remaja dan dewasa muda, jika terjadi, instruksi khusus diberikan untuk waspada dengan gejala dan tanda miokarditis. Tidak ada anafilaksis, tidak ada miokarditis, dan tidak ada apendisitis yang dilaporkan," katanya kepada Medical News Todays.
Kekhawatiran Efek Samping Vaksin Covid-19 Untuk Anak
Sebagai informasi, di Amerika sendiri Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) menyetujui vaksin Pfizer untuk anak-anak berusia 5-11 tahun pada 29 Oktober 2021.
Menurut survei terbaru oleh KFF COVID-19 Vaccine Monitor, lebih dari seperempat orang tua dari anak-anak di kelompok usia ini sangat menginginkan anaknya divaksinasi sesegera mungkin.
Sementara dua pertiga orang tua dari anak-anak usia ini mengatakan bahwa mereka khawatir bahwa vaksin COVID-19 akan mempengaruhi kesuburan anak-anak mereka di masa depan.
Begitu pentingnya kekhawatiran ini sehingga American Academy of Pediatrics baru-baru ini mengeluarkan video yang memperdebatkan potensi dampak vaksin terhadap pubertas atau kesuburan.
Keragu-raguan vaksin bukan hanya karena ketakutan akan dampak pada kesuburan, namun lebih dari tiga perempat orang tua melaporkan bahwa mereka "sangat" atau "agak" khawatir bahwa anak mereka mungkin mengalami efek samping yang serius.
Lalu, apa saja kemungkinan efek sampingnya?
Berbicara pada pengarahan SAGE Independen pada 5 November 2021, Prof. Deenan Pillay — seorang profesor virologi di University College London (UCL) di Inggris — mengatakan:
“Ada beberapa uji coba. Kami selalu khawatir tentang efek yang tidak diinginkan dari semua obat-obatan pada anak-anak, dan, tentu saja, kami tidak bisa hanya memperkirakan dari data yang [berasal] dari orang dewasa ke anak-anak. Kami harus menunggu untuk memastikan ada keamanan pada anak-anak. Dan sekarang itu telah terjadi”.
Sejauh ini, katanya, vaksin mRNA dari Pfizer dan Moderna telah mendapat persetujuan di AS untuk anak di atas 12 tahun, dengan vaksin Pfizer disetujui untuk anak berusia 5-12 tahun pada akhir Oktober 2021.
European Medicines Agency mengumumkan bahwa mereka mulai menyelidiki keamanan vaksin pada kelompok usia tersebut pada 18 Oktober 2021.
Reuters melaporakan, sebagian besar negara yang menawarkan vaksinasi kepada mereka yang berusia di atas 12 tahun menawarkan vaksin Pfizer atau Moderna. Dosis tunggal vaksin Pfizer tersedia untuk mereka yang berusia di atas 12 tahun di Inggris Raya, di mana vaksin Moderna juga memiliki persetujuan untuk kelompok usia ini.
Pfizer memiliki rencana untuk menguji coba vaksin pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun, dan Moderna memiliki uji coba berkelanjutan untuk menguji keamanan dan kemanjuran vaksin pada anak di bawah 12 tahun.
Novavax akan memulai penelitian terhadap 3.000 remaja berusia 12-17 tahun di 75 lokasi di Amerika Serikat.
Johnson & Johnson telah mendaftarkan anak-anak semuda 12 tahun ke dalam uji coba yang ada, dan AstraZeneca berencana melakukan uji coba vaksinnya pada anak-anak beruia 6 tahun.
Vaksin dengan bukti paling banyak untuk mendukung penggunaannya sejauh ini adalah vaksin mRNA Pfizer terhadap SARS-CoV-2, yang merupakan virus penyebab COVID-19.
Namun, dosis vaksin yang diberikan kepada anak di atas usia 12 tahun dan di bawah usia 12 tahun berbeda.
Pfizer merilis data dari uji coba fase 2 dan 3 pada akhir September 2021. Data menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman untuk anak-anak berusia 5-11 tahun.
Anak-anak di bawah usia 12 tahun akan ditawarkan 10 mikrogram (mcg) vaksin.
Ini dibandingkan dengan 30 mcg vaksin, yang merupakan jumlah yang diberikan kepada anak-anak di atas usia 12 tahun dan orang dewasa.
Para ahli berharap bahwa dosis yang lebih rendah ini dapat menghasilkan lebih sedikit efek samping, seperti yang seharusnya terjadi pada dosis yang lebih rendah. (*/Mon/News Medical Todays/kompas)